Sebelum Jadi Kawasan Industri Pariwista, Bintan Adalah Daerah Penghasil Bauksit Terbesar di Indonesia
Daerah Bintan (CHUTTERSNAP/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Uno akan melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri). Kunjugan akan dilakukan pada 22-23 Januari 2021.

Selain Bintan, daerah lain di Kepri yang akan dikunjungi Sandiaga adalah Kota Batam. “Pak Menpar berada di Kepri selama dua hari. Satu hari di Kota Batam dan satu hari di Kabupaten Bintan,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kepri Buralimar, dilansir VOI dari Antara, Kamis, 21 Januari. 

Selama Berada di Bintan dan Batam, Sandiaga akan berdialog dengan para pelaku industri pariwisata. Agenda lalu dilanjutkan dengan peninjauan sejumlah lokasi wisata seperti kawasan Lagoi di Bintan dan Nongsa di Batam. 

Perlu diketahui, Pulau Bintan memang sangat terkenal dengan daya tarik wisatanya yang epik dan spektakuler. Salah satunya adalah Lagoi Bay, yang menjadi ikon wisata di Bintan. 

Di kawasan ini, para wisatawan tidak hanya dimanjakan oleh pemandangan khas pantai yang indah, namun juga dapat menikmati berbagai fasilitas modern seperti resort-resort mewah. Karenanya, tak heran jika Pulau Bintan banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

Yang menarik, sebelum terkenal karena daya tarik wisatanya, Pulau Bintan pernah menjadi daerah penghasil bauksit (biji alumunium) terbesar di Tanah Air.

Sumber bauksit

Melansir laman resmi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), pada tahun 1924, Belanda menemukan sumber bauksit yang amat melimpah di Pulau Bintan. Sejak saat itu, Bintan terkenal sebagai daerah penghasil bauksit. 

Belanda kemudian menambang bauksit untuk pertama kalinya pada 1935. Sementara eksploitasi biji alumunium berada di Kijang dan dikelola oleh perusahaan Belanda yakni Naamloze Vennotschap Nederlandsch Indische Bauxit Exploitatie Maatschappije (NV NIBEM). 

Pulau Bintan juga sempat dikuasi oleh Jepang pada saat zaman pendudukan Jepang di Indonesia, sekitar tahun 1942-1945. Eksploitasi bauksit di Pulau Bintan kemudian direbut oleh perusahaan milik Jepang, Furukawa Co.Ltd.

Akan tetapi, setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, tambang bauksit kembali di ambil alih oleh NV NIBEM. 

Pada tahun 1959, area pertambangan bauksit di Bintan jatuh ke tangan Pemerintah Indonesia, dilanjut dengan mendirikan PT Pertambangan Bauksit Indonesia (Perbaki). 

Perbaki kemudian dilebur menjadi PN Pertambangan Bauksit Indonesia yang berada di lingkungan BPU Pertambun. 

Lalu, di tahun 1968, semua yang tergabung dalam entitas pertambangan bijih alumunium dilebut ke dalam PN Aneka Tambang (Persero)—kini PT Aneka Tambang (Antam). 

Adapun PT Antam melakukan eksplorasi tambang bauksit hingga tahun 2009. Setelah Antam menghentikan pertambangan, perusahaan tambang milik BUMN tersebut melakukan reklamasi daerah bekas tambang bauksit dengan menginventarisir tumbuh-tumbuhan bekas area tambang. 

Kini, setelah aktivitas pertambangan dihentikan, Bintan disulap menjadi kawasan industri pariwisata. Beberapa destinasi wisata yang terkenal di kawasan tersebut yakni Lagoi Bay, Pantai Senggiling, Pantai Trikora, Crystal Lagoon dan lain sebagainya.