Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi mengatakan wilayah pesisir terutama yang menjadi destinasi wisata rentan terhadap berbagai ancaman pencemaran sampah, baik berasal dari aktivitas domestik manusia, industri, hingga perhubungan laut, seperti tumpahan minyak.

"Kita harus lebih peduli untuk menjaga kebersihan pantai ini secara bersama-sama agar tidak merusak lingkungan, juga membuat citra buruk pada pariwisata karena sebagian besar kawasan pesisir adalah destinasi wisata," ucap Mahyeldi di Padang, mengutip Antara, Kamis, 18 Mei.

Menurutnya, aksi bersih-bersih merupakan bagian upaya menumbuhkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan, terutama di area destinasi wisata, seperti pantai, yang rentan terhadap polusi sampah plastik dan polutan lain.

Jika tidak ada kesadaran bersama untuk menangani persoalan sampah, kata dia, akan terjadi penumpukan sehingga beban pencemaran dapat berdampak terhadap kenyamanan pengunjung dan kelestarian biota laut, seperti ikan dan terumbu karang.

"Dalam penanganannya harus menyeluruh hulu-hilir dan berkelanjutan, melalui kerja kolaborasi yang sifatnya kolektif. Tidak bisa jika hanya dilakukan secara parsial oleh satu pihak, karena pergerakannya dinamis," ujarnya.

Mahyeldi juga mengatakan, kesadaran berbagai unsur terhadap permasalahan lingkungan sudah cukup bagus sehingga tinggal menjaga konsistensi.

Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Reti Wafda mengatakan aksi bersih pantai ini didasari semangat menyelamatkan biota laut dari ancaman pencemaran.

Berdasarkan kajian para ahli, katanya, sampah yang bermuara di pesisir dan laut ini sekitar 80 persen berasal dari daratan.

Selain itu, katanya, ada yang bersifat lintas batas wilayah administrasi, yang dapat berpindah dari satu wilayah pesisir ke wilayah pesisir lainnya, mengikuti pola arus laut.

Menurut dia, hal itu tantangan yang harus segera dicarikan solusinya.

"Apalagi kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan terutama terkait sampah plastik masih rendah, maka perlu adanya antisipasi cepat sebelum menumpuk dan menyebabkan pencemaran," ujar dia.

Menurut dia, persoalan ini tidak hanya berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan sektor pariwisata, tetapi juga bisa mengancam kehidupan para nelayan.