Nasi Cadong Jatah Makan Napi di Penjara Tak Layak Konsumsi, Mantan Sipir Beberkan Ini
ILUSTRASI

Bagikan:

JAKARTA - Pengakuan aktor Tio atas buruknya kualitas makanan untuk napi di Rutan dan Lapas memang benar adanya. Hal itu dibenarkan oleh mantan sipir di Jakarta berinisial AB (61). Bahkan, makanan yang disiapkan pengelola lapas maupun rutan jauh dari kata layak baik dari segi rasa maupun gizi.

"Makanan yang ada itu istilahnya agar perut kenyang saja, karena kualitasnya sangat buruk," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis, 11 Mei.

AB menjelaskan, kualitas nasi yang disajikan untuk para napi biasa disebut "nasi cadong" bahkan serupa kapur karena teksturnya keras.

"Sudah kayak kapur, enggak enak dimakan. Rasanya sudah enggak karuan, rasanya hambar. Cuma kalau nggak dimakan mau makan apa lagi mereka khususnya napi yang tak punya uang," ujarnya.

Bahkan, kata AB, karena buruknya kualitas nasi banyak napi yang terpaksa harus merogoh kantong mereka untuk membeli makanan pada kantin di Rutan dan Lapas. Kantin itu lah yang selama ini dikelola oleh salah satu anak menteri.

"Segala macam makanan ada, cuma harganya selangit. Makanya yang hanya bisa beli itu napi berduit saja," ucapnya.

Kantin ini memonopoli seluruh bisnis makanan, minuman, hingga alat-alat kebutuhan sehari-hari bagi WBP di masing-masing Rutan dan Lapas.

"Napi narkoba, tipikor (Tindak pidana korupsi) mana mau makan seperti itu, mereka beli. Kalau mau makan enak kayak di luar harus keluar duit," katanya.

Menurut AB, kualitas nasi di Rutan dan Lapas memang buruk sehingga sulit dicerna dan membuat sebagian napi sulit buang air besar (BAB) setiap hari.

"Nasinya memang keras, itu juga biar Napi enggak setiap hari semuanya ke WC (buang air besar). Susah dicerna, kalau enggak begitu ke WC semua," tuturnya.

Tidak hanya soal nasi, AB mengatakan kualitas lauk pauk pada nasi cadong buruk sehingga banyak WBP berduit enggan mengkonsumsi.

AB yang pernah bertugas di Rutan dan Lapas di wilayah Jakarta menyebut praktik pemberian makanan tidak layak untuk WBP sudah berlangsung sejak lama.

"Telur yang dibeli itu juga kualitasnya buruk, mereka beli telur pecah, busuk. Ayam yang disiapkan juga sudah agak bau-bau tak sedap, sama dengan ikan asin itu kalau pas dijemur lalat saja enggak mau dekat," katanya.

Selain itu, sambung AB, dalam pemberian nasi cadong untuk WBP di Rutan dan Lapas memang dilakukan kontrol oleh Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) atau KPR untuk rutan. Namun dari ribuan porsi nasi cadong diberikan untuk WBP hanya yang menjadi contoh pemeriksaan saja yang layak konsumsi, sementara lainnya tidak.