Bagikan:

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil staf istri mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Edhy Prabowo, Ainul Faqih yang juga jadi tersangka dalam kasus suap ekspor benur atau benih lobster.

"AF (Ainul Faqih) diperiksa sebagai tersangka sekaligus sebagai saksi untuk tersangka EP (Edhy Prabowo) dan kawan-kawan," kata Plt Juru Bicara KPK bidang Penindakan Ali Fikri kepada wartawan, Rabu, 20 Oktober.

Dalam pemeriksaan yang dilakukan pada Selasa, 19 Januari kemarin, Ainul dicecar KPK terkait aliran dana yang diduga berasal dari hasil suap ekspor benur atau benih lobster.

Adapun aliran uang ini masuk dalam rekening miliknya dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Edhy Prabowo.

"Digali keterangannya terkait dugaan aliran sejumlah uang dalam rekening bank atas nama yang bersangkutan. Uang ini diduga bersumber dari para ekspoktir benih lobster dan dalam penggunaannya untuk kebutuhan tersangka EP," jelas Ali.

Dalam kasus suap ekspor benur atau benih lobster ini, Edhy Prabowo ditetapkan sebagai tersangka penerima suap bersama lima orang lainnya yaitu: Stafsus Menteri KKP Safri (SAF) dan Andreau Pribadi Misanta (APM); Pengurus PT Aero Citra Kargo (PT ACK) Siswadi (SWD); Staf istri Menteri KKP Ainul Faqih, dan Amiril Mukminin (AM).

Sementara pemberi suap adalah Direktur PT Dua Putra Perkasa Pratama (PT DPPP) Suharjito (SJT).

Edhy ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menerima suap dari perusahaan-perusahaan yang mendapat penetapan izin ekspor benih lobster menggunakan perusahaan forwarder dan ditampung dalam satu rekening hingga mencapai Rp9,8 miliar.

Uang yang masuk ke rekening PT ACK yang saat ini jadi penyedia jasa kargo satu-satunya untuk ekspor benih lobster itu selanjutnya ditarik ke rekening pemegang PT ACK, yaitu Ahmad Bahtiar dan Amri senilai total Rp9,8 miliar.

Selanjutnya pada 5 November 2020, Ahmad Bahtiar mentransfer ke rekening staf istri Edhy bernama Ainul sebesar Rp3,4 miliar yang diperuntukkan bagi keperluan Edhy, istri-nya Iis Rosyati Dewi, Safri, dan Andreau.

Uang ini dipergunakan untuk belanja barang mewah oleh Edhy dan istri-nya di Honolulu, AS pada 21 sampai dengan 23 November 2020 sejumlah sekitar Rp750 juta di antaranya berupa jam tangan Rolex, tas Tumi dan LV, sepeda roadbike, dan baju Old Navy.

Selain itu, sekitar Mei 2020, Edhy juga diduga menerima 100 ribu dolar AS dari Suharjito melalui Safri dan Amiril.