Cisarua Banjir Bandang, Bendung Katulampa yang Mengalir ke Jakarta Masih Normal
Banjir bandang Cisarua Bogor (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Banjir bandang dan longsor melanda perkebunan teh Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor sejak pagi tadi akibat hujan lebat. Namun, tinggi muka air di Bendung Katulampa masih dalam keadaan normal.

Bendung Katulampa terletak di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemantauan tinggi muka air pada bendungan ini digunakan sebagai peringatan dini atas air yang sedang mengalir ke Jakarta.

Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) M. insaf menyebut saat ini air di Bendung Katulampa tidak menunjukkan kenaikan signifikan usai banjir bandang melanda Cisarua.

"Kalau dari informasi tinggi muka air, Bendung Katulampa masih normal dan tidak menunjukkan kenaikan signifikan akibat banjir bandang tersebut," kata Insaf kepada wartawan, Selasa, 19 Januari.

Insaf mengatakan, BPBD DKI Jakarta telah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Bogor terkait Banjir Bandang Gunung Mas. Sampai saat ini, tinggi muka air di Bendung Katulampa masih mencapai 40 sentimeter atau berstatus normal (siaga 4).

"Untuk antisipasi kenaikan tinggi muka air dan banjir kiriman, kami akan dikoordinasikan dengan Dinas Sumber Daya Air secara teknisnya," kata Insaf.

Sebagai informasi, terjadi hujan dengan intensitas tinggi di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor pada pukul 10.00 WIB hari ini. Akibatnya, longsoran dari gunung dan banjir bandang tak dapat dihindarkan. Sebanyak 900 jiwa terdampak banjir.

Banjir dan longsor ini mengakibatkan pohon tumbang dan menutup akses jalan warga sehingga lokasi kejadian banjir bandang menjadi terisolasi. Sebanyak 134 KK dengan jumlah jiwa 474 harus dievakuasi dari lokasi kejadian untuk menghindari banjir bandang susulan.

Berdasarkan analisis kondisi dinamika atmosfer, BMKG menyebut proses pertumbuhan awan hujan pada saat tanggal kejadian tersebut dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil, serta didukung oleh kondisi anomali suhu permukaan laut yang masih hangat.

Kemudian, terdapat daerah perlambatan angin yang melewati wilayah Jawa Barat. Sejumlah faktor ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan yang mengakibatkan kondisi curah hujan yang cukup tinggi. Dampaknya, memicu luapan air sungai dan mengakibatkan banjir di sekitar daerah aliran sungai di Jawa Barat.