Bagikan:

JAKARTA - PDI Perjuangan masih menempati posisi pertama sebagai partai politik dengan elektabilitas tertinggi. Kondisi ini ditangkap dari hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 8-13 April yang diikuti 1.212 responden.

"PDI Perjuangan 15,2 persen," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat memaparkan hasil surveinya pada Rabu, 19 April.

Sementara pada posisi kedua serta ketiga ditempati Partai Gerindra yang elektabilitasnya mencapai 14,7 persen dan Partai Golkar 8,8 persen. Meski begitu jumlah responden yang tidak memilih atau menjawab mencapai 25,7 persen.

Lebih lanjut, Burhanuddin mengatakan terjadi kecenderungan penurunan elektabilitas PDIP sejak Maret lalu. Dia memerinci pada bulan tersebut elektabilitas partai besutan Megawati Soekarnoputri itu mencapai 19 persen.

Kemudian angka ini menurun menjadi 17,7 persen dan turun lagi hingga 15,5 persen. "Jadi ada tren penurunan PDI Perjuangan," ungkapnya.

Sementara untuk Gerindra cenderung menguat sejak akhir tahun lalu. "Dan partai lain dinamikanya secara umum masih sekitar 5 persen," jelas Burhanuddin.

Apakah kecenderungan penurunan elektabilitas PDIP diakibatkan pembatalan Piala Dunia U-20?

Burhanuddin menjelaskan elektabilitas partai besutan Megawati Soekarnoputri itu lebih besar di kalangan pihak yang tidak tahu FIFA telah membatalkan status tuan rumah Indonesia di ajang Piala Dunia U-20. "Semakin tahu elektabilitas PDIP makin tertekan," tegasnya.

"Jadi ada efek pembatalan status tuan rumah Indonesia di Piala Dunia U-20. Ini membuktikan ada indikasi pembatalan FIFA punya efek terhadap elektabilitas PDIP," sambung Burhanuddin.

Sebagai informasi, PDIP beberapa waktu lalu memang bersuara terkait kehadiran Timnas Israel di Piala Dunia U-20. Dua kepala daerah mereka, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali Wayan Koster menyuarakan penolakan timnas tersebut.

Penolakan ini didasarkan rasa kemanusiaan akibat kekejaman Israel terhadap Palestina. Selain itu, PDIP juga menegaskan mereka menolak karena sejalan dengan amanat konstitusi, sejarah, hingga pergaulan antar bangsa.

Polemik ini kemudian berakhir setelah Indonesia dibatalkan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA. Federasi sepak bola internasional itu menunjuk Argentina sebagai pengganti.