Bagikan:

JAKARTA - Bagi jemaah haji dengan risiko tinggi, termasuk mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung dan penyakit paru-paru akan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.

Dalam Bimbingan Teknis Terintegrasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 1444 H/2023 M di Jakarta, Jumat (14/4) malam, Kepala PPIH Bidang Kesehatan Mohammad Imron mengatakan bahwa anggota jemaah dengan risiko tinggi akan mendapat pengawasan khusus dari petugas.

"Kelompok risiko tinggi mendapatkan pengawasan bukan hanya (dalam hal) kesehatan, tetapi juga aktivitas fisik," katanya dikutip ANTARA, Sabtu, 15 April.

"Salah satu kategori paling kritis yakni jemaah haji riwayat sakit jantung dan penyakit paru obstruktif kronis. Musuhnya adalah aktivitas fisik. Jalan kaki, naik tangga, bisa memicu sesak nafas," ia menambahkan.

Oleh karena itu, dia mengatakan, anggota jemaah dengan risiko tinggi dianjurkan menggunakan kursi roda atau skuter listrik agar tidak terlalu cepat lelah.

Dia menjelaskan pula bahwa pelayanan kesehatan haji tahun ini meliputi promosi kesehatan, pelayanan medis, sampai pengawasan sanitasi dan makanan.

Ia mengatakan bahwa petugas promosi kesehatan akan melakukan penyuluhan kepada anggota jemaah dengan risiko tinggi serta ketua regu mereka di hotel, masjid, Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

"Kalau di Madinah masing-masing hotel tidak ada mushala dan seluruh jemaah shalat lima waktu di Masjid Nabawi. Beda dengan di Mekkah, hotelnya ada mushala, sehingga penyuluhan lebih mudah, (karena jemaah lebih mudah) untuk dikumpulkan dan diberikan penyuluhan," ia menjelaskan.

Di Kota Madinah, ia mengatakan, petugas akan mengambil waktu untuk melakukan penyuluhan di lingkungan Masjid Nabawi.

Dalam penyelenggaraan pelayanan medis, Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) menyediakan pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, layanan dokter spesialis, layanan obat dan perbekalan kesehatan, layanan rujukan, safari wukuf, dan tanazul.

Selain itu, ada Emergency Medical Team (EMT) yang bertugas melayani jemaah haji di klinik kesehatan yang tersedia di sektor dan sektor khusus serta Arafah dan Mina.

Ada pula Tim Obat dan Perbekalan Kesehatan yang bertugas melakukan pengelolaan, pengadaan, dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan untuk keperluan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji.

Pemerintah juga mengerahkan Tim Sanitasi dan Pengawasan Makanan untuk melakukan inspeksi kesehatan lingkungan serta pengawasan penyediaan makanan bagi jemaah haji Indonesia.

​​​​​​​"Saya minta semuanya bisa bekerja sama dan saling mengisi," pungkas Imron.