Bagikan:

TANGERANG – Panas matahari dan debu jalanan sudah menjadi makanan sehari-hari Dedi. Pria penyandang disabilitas itu rela menghabiskan waktunya di jalanan, mengatur lalu lintas di kawasan Ciledug Raya, Kota Tangerang. Meski Dedi berpakaian seperti polisi, namun pria 52 tahun itu bukan anggota polri.

Keterbatasan tubuh yang ada pada Dedi ternyata tidak membuat dirinya patah semangat. Justru, dengan kekurangan yang dimilikinya, Dedi justru membantu banyak orang di jalanan dengan mengatur lalu lintas.

Apa yang dilakukan Dedi bukan baru kali ini saja, dia sudah hampir 28 tahun menjadi sukarelawan pengatur lalu lintas di Ciledug dan dia tidak pernah mengeluh sedikit pun.

Dedi mengaku, keinginannya menjadi polisi lalu lintas sangat kuat. Namun apa daya, keterbatasan yang ia milikinya sejak lahir membuat dirinya mengubur cita-cita menjadi polisi lalu lintas.

“Sebenarnya ingin jadi polisi. Tapi kondisi seperti ini. Jadi bantu mengatur lalu lintas,” kata Dedi saat ditemui di rumahnya di kawasan Larangan, Kota Tangerang, Kamis, 30 Maret.

Dedi mengaku tidak pernah merasa ada ketakutan dalam mengatur lalu lintas di kawasan Jalan Ciledug Raya, Kota Tangerang.

“Enggak takut. (Mulai parkir) jam 9 pagi sampai jam 5 sore,” kata Dedi dengan penuh semangat.

Disamping Dedi, Sukini selaku Istrinya menceritakan bila suaminya pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan dari preman-preman di lokasi suaminya bekerja. Namun, berkat warga sekitar yang membantunya, maka preman pergi meniggalkan Dedi.

Dedi, penyandang disabilitas yang rela menjadi sukarelawan pengatur lalu lintas di Ciledug/ Foto: Jehan/ VOI

“Dulu pernah ada yang timpukin. Preman yang engga kenal pak Dedi. Dia mau ambil lahan parkir Pak Dedi. Cuma dibantu oleh warga, akhirnya preman itu pergi,” kata Sukini.

Sukini menceritakan bahwa suaminya telah menjadi tenaga relawan arus lalu lintas sejak usia remaja.

“Walaupun engga bisa jalan, Jalanne (jalannya-red) merangkak. Tetap ngatur lalu lintas gitu. Pak Dedi ingin ngatur, karena kondisinya macet, makannya diatur dengan tegas dan tepat,” ucap Sukini.

“Alhamdulillah kalau pak Dedi ngatur, lebih pintar dan lebih lancar. Kalau lagi rame banget, lari-lari sambil sumpritan (peluit),” sambungnya.

Sosok pria yang penuh kesabaran ini sejak dahulu berjalan merangkak untuk tiba di lokasi yang ia ingin atur lalu lintasnya.

Dedi dan Sukini, pasangan suami istri/ Foto: Jehan/ VOI

Dedi Menikah

Seiring berjalannya waktu, Sukini mulai menyukai sosok Dedi. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan Dedi.

Kemudian, ia menabung untuk membelikan kursi roda dan sepeda motor yang telah dimodifikasi untuk memudahkan mobilitas suaminya.

“Kalau dulu kan belum ada kursi roda, belum ada motor. Setelah menikah, beli motor begini kita gabung berdua (tabungannya),” ungkap Sukini.

Muhammad Fauzi, warga sekitar, mengatakan bahwa ia melihat Dedi sejak dari kecil. Kata Fauzi, Dedi sudah mengatur lalu lintas sejak ia masih kecil. Itu artinya, sudah puluhan tahun Dedi menjadi relawan.

Fauzi melanutkan, kehadiran Dedi benar-benar membantu pengguna jalan di wilayahnya.

“Membantu sih. Kalau orang lewat terbantu,” tutupnya.