JAKARTA - Komjen Listyo Sigit Prabowo menjadi calon tunggal Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) menggantikan Jenderal Idham Azis yang sebentar lagi bakal pensiun. Penunjukan Komjen Listyo Sigit diketahui usai DPR menerima surat Presiden (Surpres) Joko Widodo (Jokowi).
Surpres bernomor: R-02/Pres/01/2021 tersebut disampaikan Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada Ketua DPR Puan Maharani, di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu, 13 Januari.
Penunjukan Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri menimbulkan banyak tanggapan sebagai hal wajar Sebab, Komjen Listyo Sigit dan Jokowi memiliki kedekatan.
Kedekatan keduanya bermula saat Jokowi menjabat sebagai Wali Kota Surakarta (Solo). Sedangkan, Listiyo Sigit saat itu mendampinginya sebagai Kapolres Surakarta pada 2011.
Kedekatan keduanya pun berlanjut pada 2014. Saat itu, Jokowi terpilih menjadi presiden. Listyo kembali menjadi ajudannya.
Bila menilik sejarah, ada beberapa Kapolri yang memang sempat menjabat sebagai ajudan presiden. Dari rangkuman VOI ada empat ajudan presiden yang menjadi orang nomor satu di Polri.
Pertama, Jenderal (Purn) Kunarto. Dia sempat menjadi ajudan Presiden Suharto selama 9 tahun atau sejak 1979 hingga 1986. Selepas menjadi ajudan Presiden, kariernya terbilang moncer. Jabatan strategis yang pernah diemban seperti Wakapolda Metro Jaya dan Kapolda Sumatera Utara.
Pada 20 Februari 1991, Jenderal (Purn) Kunarto ditunjuk sebagai Kapolri ke 11 menggantingkan Jenderal (Purn) Mochammad Sanoesi. Kurang lebih dua tahun dia menjabat sebagai Kapolri, hingga akhirnya meninggalkan jabatannya itu pada 5 April 1993.
Selanjutnya, Kapolri yang sempat menjabat sebagai ajudan Presiden adalah Jenderal (Purn) Dibyo Widodo. Dia menjadi ajudan Presiden Suharto hingga 1992. Setelah rampung menjalani tugas sebagai ajudan Presiden, Jenderal (Purn) Dibyo Widodo diangkat menjadi Irpolda Sumut, Wakapolda Nusa Tenggara, Wakapolda Metro Jaya, dan Kapolda Metro Jaya.
Kariernya terus meroket hingga ditunjuk dan menjabar secara remsi sebagai Kapolri ke-13 pada 15 Maret 1996. Selama dua tahun mengabdi, Jenderal (Purn) Dibyo Widodo akhirnya melepas masa bakti pada 28 Juni 1998.
Masih pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Kapolri yang sebelumnya menjadi ajudan Presiden yakni, Jenderal (Purn) Sutanto. Dia menjadi ajudan Presiden Soeharto selama kurang lebih 3 tahun atau sejak 1995 hingga 1998.
Setelah lepas sebagai ajudan presiden, Jenderal (Purn) Sutanto menduduki jabaran penting di kepolisian. Misalnya, Wakapolda Metro Jaya, Kapolda Sumatera Utara, Kapolda Jawa Timur, Kalemdiklat Polri, dan Kalakhar Badan Narkotika Nasional (BNN).
Hingga akhirnya, Jenderal (Purn) Sutanto ditunjuk sebagai Kapolri ke-18 di masa kepemimpinan Presiden Suilo Bambang Yudhoyono.
Jenderal (Purn) Sutanto resmi menjabat sebagai Kapolri pada 8 Juli 2005. Dia menggantikan Jenderal (Purn) Da'i Bachtiar. Selama tiga tahun Jenderal (Purn) Sutanto bertugas sebagai Kapolri, hingga berakhir pada 30 September 2008.
Terakhir, Kapolri yang sempat menjadi ajudan Presiden ialah Jenderal (Purn) Sutarman. Dia menjadi ajudan Presiden Abdurrahman Wahid selam kurang lebih satu tahun atau sejak 2000 hingga 2001.
Sebelum menjabat sebagai Kapolri, Jenderal (Purn) Sutarman sempat merasakan beberapa jabatan. Beberapa di antaranya, Kapoltabes Palembang, Dirreskrimum Polda Jawa Timur, Kapolwiltabes (Kapolrestabes) Surabaya, Kapolda Kepulauan Riau, Kaselapa Lemdiklat Polri, Kapolda Jawa Barat, Kapolda Metro Jaya, hingga Kabareskrim Polri pada 2011 hingga 2013.
BACA JUGA:
Jenderal (Purn) Sutarman kemudian ditunjuk Presiden Suilo Bambang Yudhoyono sebagai Kapolri ke-21 untuk menggantikan Jenderal (Purn) Timur Pradopo. Dia menjabat selama kurang lebih 2 tahun sejak 25 Oktober 2013 hingga 16 Januari 2015.
Namun, kariernya sebagai Kapolri terhenti ketika Presiden Jokowi mencopotnya. Hingga akhirnya, jabatan Kapolri saat itu digantikan Jenderal (Purn) Badrodin Haiti.