Sanksi bagi Pelanggar Perayaan Nyepi di Bali, Simak Sejumlah Aturannya
Umat Hindu Bali saat upacara Melasti menjelang perayaan Hari Raya Nyepi di Pantai Padang Galak, Denpasar, Bali (18/3/2023). (Antara/Nyoman Hendra Wibowo)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Hari Raya Nyepi tahun ini jatuh pada tanggal 22 Maret 2023. Nyepi dirayakan setiap Tahun Baru Saka oleh umat Hindu di seluruh dunia. Ada sejumlah peraturan yang harus ditaati saat menjalani Nyepi. Bahkan terdapat juga saksi bagi pelanggaran perayaan nyepi. 

Saat perayaan Nyepi, suasana di Bali akan sepi dan sunyi berbeda dari biasanya. Umat Hindu akan berdiam diri di rumah dan dilarang bepergian ke mana-mana, sebagaimana kata ‘Nyepi’ yang artinya keadaan sunyi dan sepi. Tujuannya agar masyarakat  bisa lebih khusyuk dalam merayakan Nyepi. 

Perayaan Nyepi dilakukan selama 24 jam. Laku Nyepi bagi umat Hindu bermakna meninggalkan aktivitas duniawi dalam keheningan dengan cara meditasi. Perayaan Nyepi menjadi cara untuk merenungkan perilaku atau perbuatan yang sudah dilakukan selama satu tahun, terutama untuk memperbaiki perilaku buruk. 

Aturan Perayaan Nyepi di Bali

Terdapat aturan atau pantangan dalam perayaan Nyepi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Pantangan tersebut adalah Catur Brata Penyepian. Ada 4 hal yang menjadi pantangan yang wajib dilaksanakan oleh umat Hindu, yaitu amati geni, amati lelungan, amati karya, dan amati lelanguan. 

Amati geni

Amati Geni adalah larangan menyalakan penerangan, seperti api, lampu atau benda elektronik lainnya saat Nyepi. Umat Hindu tidak boleh melakukan aktivitas yang melibatkan listrik atau api, termasuk internet. Laku ini memiliki makna untuk melawan hawa nafsu duniawi. 

Amati Lelungan

Amati Lelungan adalah pantangan untuk bepergian keluar rumah saat Nyepi. Umat Hindu diharuskan untuk berdiam diri di rumah bersama keluarga. Tujuannya supaya umat Hindu bisa beribadah mendekatkan diri dengan Tuhan secara lebih khusyuk. 

Amati Karya

Amati Karya adalah pantangan untuk melakukan kegiatan atau bekerja dalam bentuk apapun saat perayaan Nyepi. Tujuannya agar umat Hindu bisa fokus dalam keheningan, untuk melakukan introspeksi diri atas segala perilaku yang pernah dilakukan. 

Amati Lelanguan

Amati Lelanguan adalah pantangan untuk bersenang-senang saat perayaan Nyepi. Umat Hindu diharuskan menghentikan segala bentuk kesenangan duniawi. Jadi segala bentuk tempat hiburan maupun perbelanjaan, seperti mall, pertokoan, dan tempat wisata akan tutup selama Nyepi. Selain itu, umat Hindu akan berpuasa tidak makan dan minum selama 24 jam. Tujuannya agar bisa fokus beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Sanksi bagi Pelanggar Perayaan Nyepi di Bali

Ada sanksi atau hukuman bagi yang melanggar pantangan saat Hari Raya Nyepi. Pelanggar Nyepi akan dikenakan sanksi adat, yakni ditahan sampai keesokan harinya oleh pecalang atau petugas keamanan di desa ada suku Bali. Pelanggar akan diwajibkan untuk “ngayah” bersih-bersih di sekitar Pura. 

Sanksi bagi pelanggar Catur Brata saat perayaan Nyepi juga mengacu pada Tridana. Bagi orang yang melanggar dengan keluyuran keluar rumah akan terkena sanksi artanadana, yaitu membayar denda uang Rp100 ribu. Selain itu, pelanggar juga akan dikenakan sanksi jiwa dana, yaitu rasa malu karena berbuat salah. 

Aturan mengenai hukuman atau sanksi bagi pelanggar Nyepi bisa berbeda-beda di masing-masing daerah di Bali. Di Desa Pakraman Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, memiliki ketentuan khusus untuk menjaga ketertiban dan kekhusyukan perayaan Nyepi. Aturan ini merupakan hasil keputusan paruman (rapat) krama Desa Pakraman Kedewatan.

Pelanggar perayaan Nyepi akan dikenakan denda sebesar Rp1 juta. Selain itu, orang yang memprovokasi keributan akan dibebani hukuman tambahan, yakni wajib melaksanakan upacara Pecaruan Amanca (dengan kurban ayam manca warna). Selain menerima sanksi adat, pelanggar Nyepi juga akan digelandang ke pihak berwajib untuk diproses secara hukum. 

Demikianlah ulasan mengenai sanksi bagi pelanggar Nyepi di Bali. Aturan pelaksanaan Nyepi di Bali harus diikuti oleh setiap orang yang tinggal atau berada di Pulau Dewata, dengan menyesuaikan latar belakang kepercayaan masing-masing. Umat Islam di Bali misalnya, boleh beribadah di Masjid tapi dengan berjalan kaki dan tidak menggunakan pengeras suara. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.