Bagikan:

JAKARTA – PT Bank Syariah Mandiri (BSM) secara tegas menyebutkan telah membekukan rekening nasabah yang diduga kuat terafiliasi dengan ormas terlarang Front Pembela Islam (FPI).

Pernyataan resmi tersebut dilontarkan oleh Sekretaris Perusahaan BSM Ivan Ally. Menurut dia, kebijakan pembekuan rekening itu telah sesuai dengan aturan yang berlaku.

“Bank Syariah Mandiri menyatakan senantiasa tunduk dan patuh pada undang-undang dan peraturan yang berlaku di Indonesia dalam melaksanakan seluruh operasional perbankan, termasuk dalam hal pembekuan sementara rekening nasabah,” ujarnya pada 11 Januari.

Ivan memastikan, pemblokiran ini bersifat sementara sesuai dengan arahan dari otoritas berwenang.

“Bukan atas inisiatif bank,” tuturnya menambahkan.

Adapun, otoritas yang dimaksud oleh Ivan tersebut antara lain Kepolisian, Kejaksaan, Hakim, KPK, Petugas Pajak, serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Ke depan, BSM mempersilakan kepada pihak maupun instansi tertentu yang merasa memiliki dan bertanggung jawab atas rekening tersebut untuk langsung menghubungi bank apabila merasa keputusan pembekuan memberatkan.

"Apabila nasabah berkeberatan atas pembekuan tersebut, maka nasabah dapat langsung menghubungi kami untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut," tegasnya.

Kebijakan strategis BSM terhadap status rekening nasabah menggenapi tindakan serupa yang sebelumnya sudah ambil oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

Berawal dari Twitter

Keriuhan pembekuan rekening yang disinyalir terafiliasi dengan FPI berawal dari cuitan warganet di Twitter pada Minggu, 10 Januari yang sempat menjadi trending.

Beberapa warganer membagikan cuitannya terkait dengan hal tersebut. Salah satunya adalah akun Fe_Bintang yang menuliskan nada tidak setuju atas lembaga jasa keuangan milik PT Bank Mandiri Tbk itu.

“Tarik ajalah tabungan kalian dari Bank Mandiri Syariah. Perbankan ikut bermain politik #boikotsyariahmandiri,” sebutnya pada Minggu, 10 Januari.

Senada, akun @Gaknyehar__ juga membagikan pandangannya soal dugaan pembekuan rekening yang disinyalir berhubungan dengan aktivitas FPI. Malahan, netizen ini mempertanyakan sikap perbankan apakah bisa memberlakukan kebijakan yang sama terhadap para penyeleweng uang negara.

“Apakah rekening keluarga koruptor juga diblokir?” sebutnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun redaksi, BSM dipercaya telah melakukan pembekuan rekening secara sepihak atas nasabah yang merupakan putri dari pemimpin FPI Rizieq Shihab.

Kinerja BSM

Kinerja Bank Syariah Mandiri bisa dibilang jempolan. Meski situasi sedang dalam masa pandemi, namun bank syariah terbesar di Indonesia tersebut mampun membuat prestasi tersendiri.

Mengutip laporan keuangan terakhir perseroan periode kuartal III 2020 di laman resmi, disebutkan bahwa Bank Syariah Mandiri berhasil menghimpun laba bersih tidak kurang dari Rp1,07 triliun. Angka tersebut naik 22,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

Adapun, penopang cuan BSM dikontribusikan dari paling banyak oleh peningkatan fee based income terutama yang disumbang dari layanan digital, produk berbasis emas dan pendapatan margin pembiayaan consumer.

Dari penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), disebutkan bahwa terjadi peningkatan nilai simpanan dengan tabungan yang menjadi penyokong utama sebesar Rp44,7 triliun atau naik 19,2 persen year-on-year. Tingginya angka tabungan ini berkontribusi sebesar 59,2 persen dari seluruh dana murah yang dimiliki perseroan (tabungan, giro, dan deposito).

DPK yang melesat tersebut membuat aset BSM tercatat menjadi Rp119,43 triliun atau naik 16,1 persen.

Lalu untuk sektor intermediasi perbankan, pembiayaan BSM disebutkan menyentuh nilai Rp79,2 triliun atau tumbuh 7,3 persen dibandingkan dengan kuartal III 2019.

Melambungnya jumlah pembiayaan diikuti oleh kemampuan perseroan untuk menjaga kualitas penyaluran dana dengan rasio NPF (non-performing financing/NPF) nett sebesar 0,6 persen pada September 2020 dibandingkan dengan September 2019 yang sebesar 1,6 persen.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri memberi patokan penyaluran pembiayaan maupun kredit berkategori sehat tidak boleh melebih ketentuan 4 persen.

Perjalanan BSM dalam pembentukan Bank Syariah Indonesia

Bank Syariah Mandiri merupakan entitas anak usaha dari PT Bank Mandiri Tbk. Cikal-bakal dari pendirian BSM adalah ketika Bank Mandiri melakukan langkah strategis dengan mengubah PT Bank Susila Bakti yang kala itu merupakan bagian dari anak perusahaan, menjadi lembaga perbankan berbasis syariah.

Kini setelah lebih dari dua dekade Bank Syariah Mandiri berdiri, pemerintah selaku pemegang saham pengendali membuat keputusan penting untuk menggabungkan tiga bank syariah milik negara menjadi Bank Syariah Indonesia.

Adapun, ketiga bank tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank Negara Indonesia Syariah, serta PT Bank Syariah Mandiri.

BRIS sendiri sebagai satu-satunya perusahaan publik di antara ketiga bank tersebut ditunjuk sebagai entitas induk. Sedangkan dua lainnya akan melebur dalam susunan inti BRIS.

Namun yang unik, BSM diketahui menjadi entitas dengan porsi setoran saham terbesar dengan 51 persen. Hal tersebut dikarenakan BSM merupakan bank syariah terbesar di Indonesia dari sisi kepemilikan aset.

Sebuah laporan menyebutkan bahwa berdasarkan rekapitulasi kinerja semester I 2020, tiga bank syariah nasional ini memiliki total aset sebesar Rp214 triliun dengan modal inti Rp20,4 triliun.

Pemegang saham mayoritas yang jadi ‘anak buah’

Meski bisa dibilang cukup berprestasi dari sisi kegiatan usaha, namun hal tersebut tidak otomatis menjadikan BSM sebagai pemimpin Bank Syariah Indonesia. Pemerintah sebagai shareholder terbesar lebih memilih BRIS sebagai entitas induk, dengan dua lainnya akan melebur dalam susunan inti.

Diperkirakan, alasan utama negara menunjuk BRIS karena lembaga jasa keuangan ini telah lebih dulu menjadi perusahaan publik dibandingkan dengan dua bank lain sehingga lebih tidak mengulangi proses IPO (initial public offering) apabila ingin tercatat di lantai bursa

Di samping itu, BRIS merupakan anak usaha dari bank terbesar di Indonesia, yakni BRI, dengan catatan aset Rp1.447 triliun secara konsolidasi per September 2020.

BRIS sendiri hingga akhir kuartal III 2020 diketahui memperoleh laba bersih sebesar Rp190 miliar dengan torehan aset Rp56 triliun. 

Sementara BNI Syariah untuk periode yang sama membukukan laba bersih sebesar Rp387 miliar dan aset Rp52,3 triliun

Perbedaan postur kinerja dan aset antara BSM dan dua bank lainnya memang sangat mencolok. Meski demikian, pemerintah pasti sudah memikirkan masak-masak soal hal ini.

Bank yang diproyeksi menjadi lembaga jasa keuangan syariah terbesar di republik ini didirikan melalui akad penggabungan yang ditandatangani pada Rabu, 16 Desember 2020.

Melalui nota kesepakatan tersebut, disepakati Hery Gunardi (Dirut BRIS) sebagai Direktur Utama Bank Syariah Indonesia. Diikuti kemudian oleh Ngatari (Dirut BSM) sebagai wakil direktur utama I, dan Abdulah Firman Wibowo (Dirut BNI Syariah) sebagai wakil direktur utama II.

Rencananya, Bank Syariah Indonesia akan mulai beroperasi secara penuh pada 1 Februari mendatang