YOGYAKARTA – Sebagai upaya penyelidikan kasus kematian bunuh diri, petugas melakukan otopsi psikologis. Upaya tersebut dilakukan dengan beragam cara yang berhubungan dengan psikis korban. Lalu apa itu otopsi psikologis?
Mengenal Apa Itu Otopsi Psikologis
Secara umum otopsi atau autopsi adalah prosedur penyelidikan yang dilakukan oleh petugas berwenang dalam mencari tahu hal-hal yang berkaitan dengan kematian seseorang. Sedangkan otopsi psikologis bisa diartikan dengan prosedur penyelidikan oleh petugas terkait kematian seseorang yang ditinjau dari faktor psikologis korban.
Sejarah otopsi psikologi sudah dimulai sejak tahun 1920an di Paris, sedangkan di New York dimulai sejak 1930an. Kala itu pihak terkaity mengumpulkan informasi tentang korban bunuh diri dari beragam sumber. Meski sudah dilakukan sejak lama, otopsi psikologis baru menjadi bagian dari penyelidikan pada tahun 1956-an. Saat itu otopsi psikologis dipakai untuk menyelidiki penyebab 134 orang bunuh diri di St. Louis, Amerika Serikat.
Sejak saat itu otopsi psikologis dipakai untuk mencari tahu apakah korban benar-benar bunuh diri atau karena sebab lain seperti pembunuhan namun dibuat seolah terkesan bunuh diri atau unsur ketidaksengajaan lain.
Otopsi psikologis sendiri dilakuan secara ilmiah untuk mengetahui penyebab kematian korban yang diduga melakukan bunuh diri. Otopsi psikologis juga dilakukan untuk merekonstruksi kondisi emosional, kepribadian, pikiran, dan gaya hidup korban.
Dalam praktiknya, otopsi psikologis dilakukan dengan melibatkan berbagai ahli dari multidisipliner seperti dokter, kriminolog, hingga psikolog. Setelah para ahli memberikan keterangan dan informasi, hasil otopsi akan digunakan oleh polisi untuk menyimpulkan apakah korban benar-benar bunuh diri atau dibunuh. Penyelidikan ini juga digunakan untuk mencari titik terang kasus hukum dugaan bunuh diri yang tidak memiliki bukti otopsi medis cukup.
Teknik Otopsi Psikologis
Dalam penyelidikan kasus kematian dugaan bunuh diri, teknik otopsi psikologis yang banyak dipakai dan efektif adalah MAPI dengan menyelidiki beberapa hal yakni Mental, Emosiolah atau Afektif, Psikososial, dan Interpersonal. Berikut penjabarannya.
- Mental
Penyelidikan mengacu pada kecerdasan, daya ingat, perhatian, penilaian dan kognisi korban. Data yang didapatkan akan memunculkan referensi keterampilan dan kemampuan kognitif korban.
- Afektif
Penyelidikan dilakukan dengan menganalisis perkembangan dan perubahan mood korban untuk mempelajari kondisi mental subjek.
- Psikososial
Fokus dilakukan pada latar belakang korban sejak ia dilahirkan, menggali masa kecil atau masa remaja. Penyelidikan juga dilakukan dengan menanyakan bagaimana hubungan korban dengan orang terdekat serta mencari perubahan mayor di sepanjang hidup korban.
- Interpersonal
Fokus penggalian pada hubungan subjek dengan keluarga dan teman. Penyelidikan akan dilakukan dengan mencari keterangan dari orang dekat dengan almarhum.
Cara Otopsi Psikologis
Dikutip dari berbagai sumber, secara umum ada dua prosedur otopsi psikologis yang dilakukan dalam penyelidikan yakni sebagai berikut.
- Interview secara mendalam
Sesi wawancara ini dilakukan petugas kepada keluarga dan orang terdekat korban setelah petugas mendapat izin dari keluarga. Proses wawancara dilakukan dengan standar wawancara klinis. Selain itu interview juga harus didasarkan pada etika seperti tidak dilakukan dalam suasana berkabung agar keluarga lebih dan kooperatif saat proses wawancara dilakukan.
- Mengumpulkan informasi
Petugas akan mengumpulkan beragam informasi yang menyangkut dengan riwayat medis, psikologis, psikiatrik, dan hal lain yang dianggap penting. Petugas juga akan mewawancarai tenaga kesehatan profesional, dokter, psikiater, psikolog atau tenaga profesional lain. Selain itu penyelidikan otopsi psikologis dilakukan oleh lebih dari dua ahli agar bisa dilakukan inter-rater reliability atau analisa penilaian antar-penyelidik demi menghindari bias subjektif.
Selain terkait apa itu otopsi psikologis, kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lain.