Bagikan:

KALTARA – Guna menekan angka stunting, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan Kalimantan Utara (Kaltara) melakukan intervensi spesifik terkait pemeriksaan hemoglobin atau protein dalam sel darah merah calon pengantin dalam rangka mencegah laju stunting di daerah setempat.

"Hasilnya, prevalensi stunting menurut kecamatan pada 2021 hingga 2022 turun dari 22,9 persen turun menjadi 18,9 persen, dengan target nasional yaitu 18,4 persen," kata Bupati Bulungan Syarwani di Tanjung Selor, Minggu, 12 Maret.

Selain intervensi spesifik terkait pemeriksaan hemoglobin untuk para calon pengantin, juga dilakukan intervensi sensitif terkait penambahan alokasi penerima bantuan sosial, revitalisasi posyandu, serta penyediaan air bersih dan sanitasi.

Bupati juga berharap adanya sinergi pemerintah pusat dalam upaya percepatan penurunan stunting dan kemiskinan di daerah melalui dukungan pembiayaan dan validasi data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dan P3KE pensasaran percepatan penghapusan kemiskinan ekstrim (P3KE).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem di Kalimantan Utara terus dipercepat. Kedua masalah tersebut harus ditangani secara terpadu dan beriringan.

"Keluarga miskin ekstrem itu memiliki potensi stunting yang besar. Artinya kalau menangani kemiskinan ekstrem akan menyelesaikan stunting juga. Karena itu intervensinya harus beriringan juga," ucap Muhadjir Effendy.

Lebih lanjut Menko PMK mengatakan kondisi keluarga yang mengalami kemiskinan ekstrem dengan keluarga yang memiliki risiko stunting cukup tinggi. Intervensi sensitif dan spesifik untuk mengatasi keduanya mirip.

"Dalam arti intervensi spesifik adalah berkaitan dengan kondisi medis, kesehatan ibu, bayi, dan remaja untuk mencegah stunting. Dan intervensi sensitif seperti sanitasi ketersediaan air bersih, air minum, keterbatasan alat komunikasi atau sarana transportasi," ungkapnya.