JAKARTA - Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Semarang Dr dr. Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD KPTI MKM FINASIM mengungkap penyebab hingga penanganan tepat terkait penyakit leptospirosis/biasa disebut kencing tikus yang akhir-akhir ini kasusnya meningkat di beberapa daerah di Indonesia.
Menurut Muchlis penyebab leptospirosis dapat dialami manusia ialah bakteri bernama Leptospira interrogans dan biasanya terjadi di daerah rawan banjir atau memiliki genangan air seperti area persawahan.
"Selain itu biasa dialami juga oleh orang yang hygiene (kebersihannya) tidak terjaga seperti jarang cuci tangan, memiliki luka terbuka yang tidak diobati terutama kulit pecah-pecah," katanya dilansir ANTARA, Rabu, 8 Maret.
Muchlis mengatakan bakteri Leptospira bisa menjangkiti manusia lewat binatang khususnya tikus.
Bakteri tersebut tersebar lewat urine tikus dan berpindah ke genangan air atau banjir sehingga akhirnya menyebabkan manusia mengalami Leptospirosis.
Ketua Divisi Penyakit Infeksi KSM Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang itu mengatakan gejala umum yang dialami penderita Leptospirosis ringan ialah demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot.
Namun untuk penderita Leptospirosis akut biasanya dapat terjadi infeksi pada organ tubuh penting lainnya, ditandai dengan pendarahan seperti gusi berdarah atau batuk berdarah serta kulit yang menguning.
Penyakit ini umumnya menjangkiti orang dewasa mengingat mobilitas orang dewasa di tengah kondisi banjir lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak sehingga potensi terinfeksinya juga lebih besar.
Muchlis mengatakan untuk penanganannya apabila seseorang mengalami gejala-gejala yang disebutkan ada baiknya segera berkonsultasi pada dokter.
"Pengobatan Leptospirosis itu dalam keadaan ringan atau sedang 85 persen mudah sekali cukup diberikan antibiotik doksisiklin dan amoksisilin. Selama tujuh hari pengobatan sudah selesai," ujar Muchlis.
Meski demikian untuk orang yang dinyatakan mengalami leptospirosis akut akan mendapatkan khusus di rumah sakit dengan injeksi cefriaxone.
Karena biasanya leptospirosis akut bisa menyebabkan kerusakan lainnya pada organ-organ penting seperti jantung (miokarditis), hati (hepatitis), hingga ginjal.
Apabila tidak ditangani dengan tepat leptospirosis dapat menyebabkan kematian
BACA JUGA:
Sebagai langkah pencegahan dari penyakit ini, Muchlis menyarankan khususnya untuk masyarakat di daerah rawan banjir agar dapat terus menjaga kebersihannya.
Adapun di Indonesia berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan pada Desember 2022 terdapat 1.408 kasus leptospirosis, sebanyak 139 kasus di antaranya dinyatakan meninggal.
Beberapa daerah dengan laju kasus tinggi pada periode tersebut di antaranya Jawa Tengah dengan 502 kasus dan Case Fatality Rate (CFR) berkisar 13.94 persen.
Kemudian Jawa Timur mencapai 401 kasus dengan CFR 3,49 persen, ada juga Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 235 kasus dan CFR 5,53 persen.
Disusul Jawa Barat dengan 187 kasus dan CFR 16,04 Persen, serta Banten dengan 64 kasus dengan CFR 18,75 persen.