JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut jika obesitas dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan siklus menstruasi yang selalu terjadi pada seorang perempuan setiap bulan.
“Kalau mempengaruhi kesuburan memang sudah banyak penelitiannya, memang overweight (obesitas) itu sering kemudian diilustrasikan sebagai kelebihan dari ‘depot-depot’ hormon kesuburan seperti hormon estrogen,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo usai Rakornis BKKBN 2023 dikutip ANTARA, Selasa 7 Maret.
Hasto menyatakan setiap perempuan dilahirkan dengan memiliki hormon estrogen yang berperan sangat penting untuk perkembangan proses reproduksi perempuan.
Beberapa fungsinya adalah mengatur kadar kolesterol dan mengurangi penumpukan plak pada pembuluh darah di jantung. Selain itu estrogen juga berfungsi untuk merangsang indung telur matang dan merangsang siklus menstruasi.
Menurutnya, perempuan yang obesitas dikhawatirkan bisa memicu terjadinya Amenorea atau kondisi perempuan tidak mengalami siklus menstruasi seperti biasanya. Hal tersebut bisa mempengaruhi siklus-siklus berikutnya.
Kemudian ada pula kasus dimana obesitas, diikuti dengan penyakit diabetes, sehingga membuat perempuan mengalami kencing manis. Kencing manis yang terjadi secara berulang, maka membuka potensi seseorang terkena sindrom polikistik ovarium.
Polikistik ovarium adalah penyakit dimana ovum perempuan tidak bisa berkembang secara normal akibat hormon dalam tubuh yang tidak seimbang.
“Kita temukan kasus-kasus seperti itu menjadi polikistik ovarium. Namanya jadi ovari itu indung telur, poli itu artinya banyak dan kistik itu kista. Jadi indung telurnya itu kecil-kecil seperti kista dan banyak. Tapi bukan penyakit kista yang besar dan ini yang membuat mereka tidak bertelur,” ucapnya.
Oleh karenanya Hasto meminta setiap perempuan untuk menjaga pola makan dengan gizi seimbang, sehingga tidak terkena obesitas yang membahayakan kesehatan calon ibu. Setiap perempuan bisa kembali mengonsumsi makanan lokal seperti daun kelor, yang bisa dijadikan alternatif memenuhi zat besi dan memakan protein hewani dari telur atau lele.
Hasto juga menyarankan agar masyarakat dapat membiasakan diri untuk makan sesuai dengan porsi yang seimbang dan memperhatikan besar kalori yang dikonsumsi setiap hari.
“Makanya saya setuju kalau orang yang overweight ada hubungannya dengan infertilitas. Tapi kalau soal kecerdasan (pada anak), saya belum ketemu literaturnya, mungkin perlu lebih diteliti lagi,” katanya.
Sebelumnya Himpunan Studi Obesitas Indonesia (Hisobi) melaporkan masalah obesitas pada orang dewasa dapat mempengaruhi faktor kesuburan seseorang.
Kapasitas tubuh dalam menyimpan lemak yang sangat banyak, berisiko memberikan respons peningkatan kerja dari hormon estrogen.
“Lemak yang terlalu tinggi mengeluarkan sisa-sisa negatif bagi tubuh yang akan mempengaruhi proses mekanisme endokrin atau proses hormonal dalam tubuh sehingga mempengaruhi siklus menstruasi, siklus kesuburannya juga terpengaruh,” ujar Perwakilan Hisobi Nurul Ratna Mutu Manikam.
BACA JUGA:
Nurul juga menjelaskan jumlah akumulasi lemak di dalam perut juga secara mekanik menyebabkan tuba dalam rahim menjadi sempit sehingga proses fertilisasi akan terganggu.
Mirisnya, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada 2007 hingga 2018 kasus obesitas terus meningkat dari 19,1 persen jadi 35,4 persen. Proporsi peningkatan berdasarkan gender didominasi kaum perempuan 44,4 persen dan laki-laki 26,6 persen.
"Peningkatan kasus obesitas, justru lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki," katanya.