Pemprov Jatim Siapkan Anggaran Relokasi Warga Terdampak Tanah Bergerak di Ponorogo
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat melihat lokasi tanah retak di Dusun Sumber, Desa Tumpuk, Kecamata Sawoo, Ponorogo, Jumat (3/3/2023). (ANTARA/HO - Prokopim Pemprov Jatim)

Bagikan:

PONOROGO- Pemerintah Provinsi Jawa Timur siapkan anggaran hingga Rp2 miliar lebih untuk membantu pembangunan unit-unit rumah baru bagi warga terdampak tanah gerak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Ponorogo.

"Satu unit rumah (baru) Pemprov (Jatim) siapkan budget Rp50 juta. Tapi jika ada yang gotong-royong tentu ini akan lebih bagus," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dilansir ANTARA, Sabtu, 4 Maret.

Data sementara, rumah warga yang terdampak tanah gerak sebanyak 43 unit. Jika jumlah ini tidak bertambah, berarti Pemprov Jatim akan mengalokasikan anggaran yang bersumber dari pos Bantuan tidak Terduga (BTT) APBD Provinsi Jatim 2023 sebesar Rp2,15 miliar.

Realisasi bantuan akan diberikan setelah Pemkab Ponorogo memastikan lahan untuk relokasi, dan program pembangunan hunian baru bisa mulai dilaksanakan.

"Kalau data yang masuk ke kami ada 43 rumah itu nanti yang bangun Pemprov, memang alurnya setelah ada lahan, BTT siap, baru nanti dibangun," kata Khofifah.

Oleh karenanya, Khofifah berharap Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko bisa melangkah lebih cepat dalam menetapkan lahan pengganti untuk relokasi warga yang terdampak tanah gerak.

Pasalnya, hunian mereka yang kini rusak tidak memungkinkan untuk ditempati lagi. BPBD Provinsi Jatim dan BPBD Ponorogo telah menetapkan sebagai kawasan zona merah. Jangankan untuk ditinggali, bahkan untuk sekedar aktivitas saat ini tidak diperbolehkan.

Sebab, titik rekahan tanah di lereng bukit yang ada pemukiman dihuni 43 KK semakin banyak. Tanah ambles bahkan disebut terus bergerak semakin lebar dan dalam.

"(Soal status) Tanggap darurat itu wilayah pak bupati, maksimal 14 hari. Jika ada lahan segera mengajukan ke Pemprov segera dibangun seperti yang di Trenggalek," kata Khofifah.

Bencana tanah gerak mulai terjadi sejak 14 Februari dan semakin buruk seiring hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut beberapa hari terakhir.

Ada belasan bahkan puluhan titik rekahan terjadi. Rumah-rumah warga juga terdampak. Tembok dan lantai retak, diduga ikut terseret tanah gerak. Lima unit rumah bahkan rusak berat dan mulai miring, nyaris ambruk.

Akibatnya, ratusan warga dari 43 KK terpaksa mengungsi. Ada yang ditampung di balai Desa Tumpuk, dan ada yang di rumah kerabat atau saudaranya yang ada di area aman risiko longsor.

Selain bertambah panjang dan tersebar di belasan titik, rekahan tanah juga terlihat semakin dalam setiap harinya. Saat ini kedalaman tanah yang ambles mencapai 20-40 centimeter.