Puluhan KK Warga Pacitan Terdampak Bencana Tanah Bergerak di Pacitan Bakal Direlokasi
DOK/Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa (tengah) saat terjun ke lokasi bencana di wilayahnya. (ANTARA/HO-Adpim Jatim)

Bagikan:

SURABAYA - Sebanyak 36 Kepala Keluarga (KK) Desa Sukorejo, Ketanggung, dan Karangmulyo di Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, bakal direlokasi. Mereka merupakan warga terdampak bencana alam tanah bergerak yang terjadi beberapa hari lalu.

"Luas lahan yang disiapkan untuk relokasi mencapai 3,6 hektare, aset milik Pemprov Jatim. Saya kemarin sudah meninjau lokasi lahan relokasi itu, untuk warga Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro, Pacitan," kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Senin, 31 Oktober.

Tak hanya itu, Khofifah mengaku pihaknya bakal mengalokasikan anggaran dana belanja tidak terduga sebesar Rp50 juta untuk tiap satu unit rumah. Kata dia, anggaran serupa juga telah dialokasikan Pemprov Jatim untuk kesiapan relokasi warga terdampak bencana di Kabupaten Trenggalek dan Blitar.

"Mungkin Pemkab juga perlu memberi kelengkapan lain untuk masyarakat, maka akan sangat baik untuk membantu masyarakat," ujarnya.

Khofifah mengatakan, Pemprov bersama Pemkab Pacitan berupaya menyiapkan langkah terbaik, yaitu berupa relokasi, bagi warga terdampak. Namun, langkah tersebut bisa berjalan lancar jika masyarakat setuju untuk dilakukan relokasi.

Dia menegaskan salah satu opsi yang bisa dilakukan agar masyarakat lebih aman dan terhindar dari kejadian yang sama, adalah dengan merelokasi warga yang terdampak jika mereka bersedia.

"Salah satu solusi untuk bisa memberikan hunian yang aman yaitu lewat hunian tetap, asal masyarakatnya setuju. Lahannya ada dan bisa disiapkan untuk bangunan hunian tetap," katanya.

Khofifah mengimbau semua pihak untuk melakukan upaya mitigasi dan mengaktifkan kembali satgas penanggulangan bencana di tiap kabupaten/kota, kecamatan bahkan desa dan kelurahan. Tujuannya untuk mengantisipasi cuaca ekstrem yang diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun depan.

"Mitigasi ini penting sebagai upaya penanggulangan bencana, demi rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Apalagi cuaca esktrem ini berpotensi terjadi di wilayah Jatim hingga awal tahun," ujarnya.