Bagikan:

PONTIANAK - Agus Minarni, guru SMA Negeri 1 Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu. Agus menaiki pesawat SJ182 usai pulang mengunjungi mertua yang meninggal.

Menurut kerabat Agus, Harry Ilyas, Agus Sumarni berangkat bersama suaminya, Ustad Muhammad Nur Kholifatul Amin, yang juga pengasuh di Pesantren Darussalam, Sengkubang, Kabupaten Mempawah.

"Kalau tidak salah dekat libur Natal kemarin berangkat," kata dia dikutip Antara, Sabtu, 9 Januari.

Kebetulan, ujar Harry,  besok adalah jadwal arisan keluarga besar Sengkubang di Sengkubang, Kabupaten Mempawah.

"Besok kami dari arisan keluarga besar Sengkubang, akan kumpul di Pesantren Darussalam. Orang tua Kak Agus Sumarni, pendiri pesantren tersebut," ujar Harry.

Ustaz Muhammad Nur Kholifatul Amin dan Agus Sumarni mempunyai dua anak, salah satunya tengah mondok di Pesantren Gontor di Malang.

Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 take off pukul 14.36 WIB. Satu menit kemudian pesawat berada di ketinggian 1.700 kaki dan diizinkan naik kek ketinggian 29 ribu kaki dengan mengikuti standar instrumen

“Pukul 14.40 Sriwijaya tidak ke arah 075 derajat melainkan ke barat laut, oleh karenanya ditanya ATC untuk melaporkan arah pesawat. Tidak lama kemudian, dalam hitungan seconds, SJY 182 hilang dari radar,” kata Menhub Budi Karya Sumadi, Sabtu, 9 Januari.

Ada 50 orang penumpang dan 6 kru pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Dari total penumpang itu, ada 7 anak-anak dan 3 bayi.

Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 sempat tertunda (delay) keberangkatannya. Alasannya hujan deras mengguyur.

“Delay akibat hujan deras makanya ada delay saat sebelum boarding,” ujar Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena dalam jumpa pers, Sabtu, 9 Januari.