BANDA ACEH - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyatakan kondisi harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) yang sebelumnya menyerang warga di Kabupaten Aceh Selatan dan kemudian masuk perangkap sehingga mengalami luka kini berangsur membaik.
"Kondisi harimau tersebut kini berangsur membaik. Harimau itu kini lebih berenergi, agresif, serta nafsu makan dan minumnya juga bagus, dibandingkan sebelumnya, lemah dan kurus," kata Rosa Rika Wahyuni, tim medis BKSDA Aceh di Aceh Selatan dilansir ANTARA, Rabu, 1 Maret.
Pihaknya terus memantau harimau tersebut. Kondisi kesehatannya kini menunjukkan progres yang baik, seperti penyembuhan luka, berat badan, serta respons atau agresivitas satwa.
Namun, kata Rosa, kondisinya belum begitu stabil dan masih dalam observasi. Perawatan tidak hanya fokus pada penyembuhan luka saja, tetapi kondisi fisiologis dan perilaku satwa tersebut.
"Pemeriksaan lebih mendalam juga dilakukan untuk mengetahui kondisi internis satwa. Seperti pemeriksaan sampel darah serta pemeriksaan lainnya yang dapat menentukan status kesehatan satwa," kata Rosa.
Pemeriksaan mendalam tersebut akan menjadi rekomendasi medis, apakah harimau tersebut layak dilepasliarkan ke habitatnya atau tidak.
"Secara visual, kondisi satwa tersebut menunjukkan progres kesehatan yang baik, namun untuk mengetahui kondisi internis atau fisiologisnya, perlu dilakukan pengecekan medis dengan memeriksa darah dan organ vital bagian dalam lainnya," Rosa.
Sebelumnya, harimau tersebut masuk kandang perangkap setelah menyerang sejumlah warga di kawasan hutan Gunung Simpali, Desa Koto, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, pada Sabtu (4/2).
BACA JUGA:
Saat masuk perangkap, harimau berkelamin betina dan umur diperkirakan tiga hingga empat tahun itu mengalami luka berat di empat titik, di antaranya di wajah kiri, kepala, punggung, dan tubuh bagian belakang.
Sebelum masuk perangkap, dua petani dan seorang tim patroli kehutanan mengalami luka berat diserang harimau di kawasan hutan Gunung Sampali, Gampong Koto, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan.
Serangan satwa dilindungi tersebut terjadi dua kali, pertama pada Sabtu (28/1) dengan korban tim patroli kehutanan bernama Rusdianto. Serangan kedua terjadi pada Rabu (1/2) dengan korban ayah dan anak, Amrizal (65) dan Hafifi Yunanda (29).
Ketiga korban mengalami sejumlah luka di sekujur tubuh dan mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yuliddin Away di Tapaktuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan.