Antara Perobohan Gedung GBB dan Memori Terkenang di Dalamnya
Graha Bhakti Budaya di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) yang sedang direnovasi. (Diah Ayu Wardhani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Langit malam di atas Taman Ismail Marzuki (TIM), bagi Januarizal, rasanya tak biasa. Dari sebuah warung kopi di pojok kanan kawasan TIM, Cikini, Jakarta Pusat, pandangannya terpaku pada gedung Graha Bhakti Budaya (GBB).

Ical, panggilan akrab Januarizal, tak bisa mendekati GBB sementara waktu. Sebab, gedung pementasan tersebut sedang dirobohkan untuk proyek revitalisasi kawasan TIM. Kini, akses seluruh sisi kiri kawasan TIM, termasuk GBB di dalamnya ditutup karena ada proyek pengerjaan kontraktor.

Sebenarnya, Ical setuju dengan pemugaran GBB yang konon bakal lebih megah dan fasilitasnya semakin modern. Namun, sendu tak mampu ditangkal tiap kali melihat gedung bercat putih "dihantam" alat berat sang kontraktor.

Serpihan gedung yang terkoyak turut meluruhkan kenangan dalam hidup Ical. Mengingat, GBB merupakan rumah kedua bagi seniman yang aktif berkesenian di TIM tersebut.

Revitalisasi Taman Ismail Marzuki. (Diah Ayu Wardani/VOI)

Ical bercerita bahwa berkesenian di TIM sudah ia tancapkan sejak tahun 1978. Mulai dari Festival Teater Anak, Festival Teater Remaja, hingga Festival Teater Jakarta yang digelar di GBB, ia geluti.

Ical juga sering mengikuti berbagai lomba baca puisi maupun cerpen serta ikut serta dalam acara pembacaan puisi para penyair, seperti Taufik Ismail, Slamet Sukirnanto, Eka Budianta dan leon Agusta.

"TIM juga merupakan tempat saya berlatih teater dan tempat mempersiapkan beberapa kegiatan sastra bersama penyair Jakarta lainnya. Saya sempat mempunyai acara sastra bulanan sejak tahun 2016 yang bertajuk Taman Sastra Cikini," kata Ical saat berbincang dengan VOI, Jumat, 7 Februari.

Selain itu, GBB adalah wadah pembelajaran, di mana pria berusia 55 tahun ini bisa menyaksikan pertunjukan-pertunjukan teater maupun orkestra, yang bertaraf nasional maupun internasional.

Bagi Ical, selalu ada alasan untuk menyambangi TIM, meskipun tak ada acara maupun pementasan. Dari kediaman di daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Ical tak segan datang ke TIM untuk sekadar duduk di pelataran GBB dan mengobrol dengan seniman lain.

"Terkadang, dari sekedar obrolan ringan bisa menghasilkan sebuah karya juga. Kenangan akan GBB sulit terkikis meskipun gedung tersebut kini telah musnah. Semoga, akan tergantikan oleh gedung yang lebih baik lagi dari GBB," jelas Ical.

Kehilangan tak hanya dirasakan oleh seniman seperti Ical saja. Ketika tahu bahwa GBB dirobohkan, seorang pegawai swasta bernama Zae Ahmad tetiba kembali mengingat bagaimana gedung pertunjukan tersebut membantu dirinya menyelami dunia seni peran yang ia geluti sejak kuliah.

Zae kerap menyaksikan sejumlah pertunjukan, baik pementasan mandiri atau acara festival teater. Selain itu, ia juga sering duduk di depan gedung, sekadar melihat sekelompok anggota teater berlatih drama di selasar GBB bagian kanan, ataupun latihan tarian modern di sisi kirinya. 

Desain GBB. (Foto: Jakpro)

"Agak sedih sih, melihat panggung besar seperti itu dibongkar. Tapi, saya enggak menolak revitalisasi GBB. Karena memang kalau melihat model gedung, itu sudah lama dan itu butuh pembaruan," tutur Zae.

Hanya saja, ketika GBB sudah berdiri dengan bangunan yang lebih modern dan segala pembaharuan fasilitas, Zae mengkhawatirkan pengelola gedung bakal menerapkan sistem pengamanan yang lebih ketat.

"Yang saya takutkan, ada kemungkinan pengamanannya bakalan jadi lebay. Alih-alih takut fasilitas dirusak, pengelola bakalan melarang pengunjung TIM menggunakan selasar GBB untuk sekadar berlatih," ungkap dia.

Sebagai informasi, progres revitalisasi TIM sudah masuk pada pembangunan tahap 2, yakni revitalisasi gedung Graha Bakti Budaya (GBB) yang mulai dilakukan pembongkaran.

Alat berat saat bekerja dalam proyek revitalisasi TIM. (Diah Ayu Wardani/VOI)

Gedung GBB akan dibangun kembali dengan rancangan desain modern dan minimalis. Jika sebelumnya kapasitas penonton hanya 800 kursi, gedung GBB baru nanti akan memiliki pertambahan kursi mencapai 2.500 buah.

"Segala sarana dan prasarana untuk mendukung kebutuhan pertunjukan Seni dan Teater akan ditingkatkan hingga berskala Internasional. Kenyamanan dari sisi penonton di teater GBB juga menjadi salah satu aspek yang akan ditingkatkan," ucap Manajer Komunikasi Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) Yeni Kurnaen saat dihubungi VOI.

Sementara, pembangunan tahap 1 yang dimulai lebih dulu masih terus berjalan. Pembangunan tersebut meliputi gedung parkir, relokasi Masjid Amir Hamzah, gedung Perpustakaan, pusat dokumentasi sastra HB. Jassin, selasar publik, galeri seni, area ruliner, kios retail, dan wisma seni.