JAKARTA - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin berpendapat diplomasi dan negosiasi akan mengakhiri perang di negaranya yang telah berlangsung hampir setahun akibat agresi Rusia.
Negosiasi dapat terjadi jika tentara Rusia meninggalkan Ukraina dan membebaskan seluruh wilayah yang mereka duduki, kata Vasyl setelah acara diskusi “Covering War in Ukraine: the View from Indonesian Journalists” yang diselenggarakan Pusat Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat @america di Jakarta dilansir ANTARA, Kamis, 23 Februari.
“Dan jika bicara tentang diplomasi, menurut saya diplomasi sangat bagus, sangat efisien. Misalnya, mari kita undang para diplomat top dunia untuk mencoba membujuk Rusia atau mungkin mengancam Rusia,” katanya.
“Diplomasi bisa bekerja untuk mencoba membujuk pihak yang agresif untuk berhenti (menyerang),” kata dia, menambahkan.
Vasyl juga menegaskan Ukraina terbuka untuk melakukan perundingan damai, tetapi tidak demikian halnya dengan Rusia.
Dia menyebut Perjanjian Minsk, sebuah upaya untuk mengamankan gencatan senjata antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina, sebagai “buatan” Rusia.
Perjanjian Minsk I, yang ditandatangani pada 2014 dan diperbarui dengan Perjanjian Minsk II pada 2015, juga menyusun tata cara pemilu di wilayah Luhansk dan Donetsk, serta rencana mengintegrasikan dua wilayah itu ke Ukraina.
BACA JUGA:
“Perjanjian itu tidak pernah dipenuhi dan dilaksanakan. Itu buatan. Jadi hasil dari delapan tahun negosiasi adalah agresi skala penuh Federasi Rusia di Ukraina,” kata Vasyl.
Di lain pihak, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Perjanjian Minsk sudah tak lagi berlaku ketika Rusia mengakui Luhansk dan Donetsk, dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri, sebagai negara merdeka.
Dia bersikeras pengakuan kemerdekaan atas Luhansk dan Donetsk dari Ukraina dipicu oleh keengganan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut.