JAKARTA - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto menjelaskan penyebab molornya target peresmian Refuse Derived Fuel (RDF) Plant dan lanfdill mining di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.
Saat ini, progres pengerjaan sebelum peresmian berada pada commissioning atau uji coba kompenen pabrik pengolahan sampah menjadi bahan bakar setara batu bara. Tahapan commissioning tersebut telah dilakukan sejak awal Januari lalu.
"Memang saat ini masih commissioning. Jadi commisioning yang sudah kita lakukan terhadap uji dari mesin itu. Kemudian kita sudah mulai uji terhadap sampahnya secara quantity," kata Asep saat ditemui di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu, 19 Februari.
Pada tahap commissioning secara kuantitas dan dianjut dengan kualitas, Asep menyebut Pemprov DKI ingin memastikan produk bahan bakar dari olahan sampah tersebut teruji, sebelum nantinya dijual kepada perusahaan.
"Sekarang sedang masuk uji terhadap kualitasnya. Kenapa penting uji kualitas? Karena memag RDF yang akan kita jual ini akan dibeli oleh pabrik semen. Mereka mengharapkan ada kriteria-kriteria dari kualitas sampah itu yang diharapkan dapat diterima baik oleh klien mereka, oleh pembakar mereka," ujar Asep.
"Ini kita sedang dalam tahap uji terakhir supaya tidak hanya dari kuantiti yang terpenuhi, tapi juga kualitas dari RDF itu," lanjutnya.
Fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar setara batu bara milik Pemprov DKI ini mulai dilakukan pengerjaan konstruksi lewat ground breaking oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Februari 2022 lalu.
Asep berharap RDF Plant ini bisa diresmikan pada bulan Maret. Asep juga berharap RDF Plant diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.
"Diharapkan di maret ini semuanya sudah bisa selesai uji kualitasnya karena mencari kualitas yang pas itu ternyata menjadi tantangan tersendiri. Itu yang kita rasakan, baik dari sisi kalorinya, dari sisi kelembaban, atau measure kadar airnya ini juga sedang kita coba terus," urai Asep.
RDF Plant di Bantargebang bisa mengolah 2.000 ton sampah dalam satu hari, yakni 1.000 ton yang sudah menumpuk di Bantargebang, dan 1.000 ton sampah baru yang datang dari Jakarta. 2.000 ton sampah yang diolah akan bisa menghasilkan sekitar 700-750 ton bahan bakar.
Pemprov DKI akan melakukan kerja sama dengan dua perusahaan sebagai opsteker atau pihak yang membeli hasil RDF Plant Bantargebeng, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa dan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI).