Bagikan:

MALUKU - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi kemunculan dua bibit siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia.

Adapun dua bibit siklon itu adalah bibit siklon tropis 91P yang terpantau di Teluk Carpentaria selatan Papua dan bibit siklon tropis 99W di Laut Filipina sebelah utara Papua Barat.

"Diperkirakan potensi Bibit Siklon Tropis 91P tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori rendah," kata Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto di Jakarta, Jumat 17 Februari, disitat Antara.

Dia menjelaskan, Bibit Siklon Tropis 91P itu terpantau berkecepatan angin maksimum 30 knot dan tekanan udara minimum sebesar 1003.2 mb atau milibar bergerak ke arah Selatan Barat Daya.

Sedangkan Bibit Siklon Tropis 99W berkecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan udara minimum sebesar 1007.9 mb bergerak ke arah Barat Laut.

Ia mengatakan, Bibit Siklon Tropis itu memiliki dampak tidak langsung terhadap cuaca di Indonesia berupa hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang, dan gelombang tinggi.

Menurut Guswanto, Bibit Siklon Tropis 91P berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat disertai kilat di wilayah Maluku.

Selain itu, lanjut dia, Bibit Siklon Tropis 91P juga menyebabkan gelombang tinggi 1,25-2,5 meter di perairan selatan Kep. Wakatobi, Laut Banda bagian utara, Laut Seram bagian timur, perairan selatan P. Buru hingga P. Seram, perairan Kep. Kai hingga Kep. Aru, dan Laut Arafuru bagian timur hingga selatan Merauke.

Sementara Bibit Siklon Tropis 99W, berpotensi menyebabkan gelombang tinggi 1,25-2,5 meter di Laut Sulawesi, perairan utara dan selatan Sulawesi Utara, Laut Maluku bagian selatan, perairan utara Manokwari hingga Jayapura, dan Samudera Pasifik utara Papua.

Gelombang lebih tinggi 2,5-4 meter berpotensi terjadi di perairan Kep. Sangihe, perairan selatan Kep. Talaud, perairan Bitung hingga Kep. Sitaro, Laut Maluku bagian utara, perairan Kep. Halmahera bagian utara, Laut Halmahera, perairan Raja Ampat bagian utara, dan Samudera Pasifik utara Papua Barat.

Lebih lanjut, Guswanto menjelaskan, bibit itu juga berpeluang menimbulkan gelombang tinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di perairan utara Kep. Talaud, dan Samudera Pasifik utara Halmahera.