Bagikan:

JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengajak masyarakat, pejabat, politisi, hingga insan pers untuk menjaga kondisi menjelang Pemilu 2024 dengan damai. Khususnya menghindari isu-isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Hal itu dipaparkan Anggota DPR Johan Rosihan dalam acara Dialektika Demokrasi dengan tema ‘Safari Elite Politik dan Pesan Damai Pemilu 2024’ di Media Centre, Gedung Nusantara III, DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis 16 Februari.

Johan mengajak seluruh komponen masyarakat, baik politisi maupun insan pers, untuk menghindari penggunaan isu SARA dalam Pemilu 2024.

Menurutnya, isu tersebut sudah tidak relevan. Karena itu, ia mengajak untuk fokus menjalankan tugas konstitusi dalam melindungi seluruh rakyat dan tumpah darah Indonesia.

“Saya sudah tegaskan di awal bahwa proses atau dinamika pemilu itu tidak boleh merusak persatuan Indonesia kita,” tutur Johan

Lanjutnya, Ia juga menuturkan yang menjadi diskusi utama dalam masyarakat Indonesia pada saat ini adalah mengenai kesejahteraan ekonomi, yakni terkait bahan-bahan sembako, pupuk, tingkat pendidikan, dan kesehatan.

Ia pun menilai diskusi terkait isu SARA lebih baik dihentikan, karena hal itu merupakan pemberian Tuhan (given).

Ia meminta bagaimana caranya berpikir secara bersama-sama dari semua stakeholder bangsa ini. Bagi partai politik, DPR, pers, pengamat, bagaimana bersama-sama memikirkan  melindungi seluruh rakyat dan tumpah darah Indonesia.

"Agar kita tetap bangga sebagai Indonesia, agar kemudian kita nyaman bekerja di Indonesia, tidak kemudian kita merasa sebagai orang asing di negara kita,” jelasnya.

Politisi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera tersebut menilai lebih baik saat ini kembali fokus kepada tugas konstitusi, terutama bagaimana melindungi seluruh rakyat dan tumpah darah Indonesia.

Kemudian bagaimana mengenai mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut di dalam forum internasional, menceritakan tentang Indonesia yang hebat, dan memasarkan produk-produk kita kemudian dapat berdaya saing. Hal ini agar Indonesia memiliki bargaining yang tinggi di hadapan bangsa-bangsa lain.

“Saya pikir di situ (seharusnya) konsentrasi kita. Jadi kalau kemudian orang ingin bermain pada isu itu, saya bilang udah nggak laku. Mari kemudian kita mengambil isu-isu penting karena tugas kita sebagai anak bangsa ini adalah bagaimana sekali lagi, tugas konstitusi kita, kembali ke situ saja,” pungkasnya.