KIB Belum Tentukan Capres, Golkar Disarankan Pertimbangkan Calon Lain Selain Airlangga
Ketum Golkar Airlangga Hartarto/FOTO DOK Golkar

Bagikan:

JAKARTA - Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PPP, dan PAN hingga saat ini masih belum menentukan nama calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pilpres 2024 mendatang, meski ketiga parpol sudah intensif melakukan pertemuan. Pasalnya, Partai Golkar bersikukuh mencalonkan Ketum Airlangga Hartarto. 

Peneliti politik senior dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP BRIN) Lili Romli, menyarankan agar Golkar tidak terpaku pada sosok Airlangga. Menurutnya, Golkar patut mempertimbangkan sosok lain dengan elektabilitas tinggi untuk mewakili partai beringin dalam kontestasi Pilpres 2024.

Misalnya, kata dia, mencalonkan Gubernur Jawa Barat yang juga kader Golkar, Ridwan Kamil. Apalagi, Ridwan Kamil juga sudah dilirik oleh PAN dan PPP. 

"Memang Pak Airlangga sampai saat ini popularitas dan elektabilitasnya masih rendah. Oleh karena itu, perlu cari kandidat lain dari Golkar agar dapat mencapai target tersebut. Bisa saja seperti Ridwan Kamil sebagai alternatif kandidatnya," ujar Lili Romli, Senin, 13 Februari.

 

Lili menilai, KIB yang diinisiasi ketiga parpol tersebut sudah cukup mumpuni untuk berlaga di Pilpres 2024. Bahkan lebih mudah untuk berkonsolidasi pemenangan Pilpres ketimbang mesti ada penambahan anggota koalisi. 

"Sebenarnya dengan 3 partai tersebut sudah cukup sehingga nanti masing-masing partai dalam koalisi tersebut akan bekerja maksimal, tidak lepas tangan. Jika koalisinya besar tidak akan maksimal, contoh Pilpres 2019 kemarin," katanya.

Selain itu, menurut Lili, Golkar juga patut mewaspadai efek ekor jas yang digadang-gadang mampu mendongkrak perolehan suara partai. Lili menegaskan Golkar harus memegang kunci bursa kandidasi Pilpres 2024 jika hendak mencapai target.

 

"Selain itu tentu capres yang diusung Golkar nanti. Jika capres yang diusung tidak terasosiakan dengan Golkar maka coattail effect tidak berpengaruh," ungkap Lili.

"Intinya Golkar sebagai partai besar harus yang memegang kunci dalam kandidasi, bukan mengikuti dan dikendalikan partai lain, jika target ingin tercapai," tambahnya.  

 

Sementara soal target 20 persen kemenangan pileg yang dicanangkan Golkar, lanjut Lili, itu cukup realistis. Sebab pertama, Golkar selalu berada di papan atas dari hasil survei terkait elektabilitas partai. 

Kedua, Golkar juga didukung sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, baik yang duduk di legislatif, eksekutif dan profesi lainnya. Ketiga, Golkar juga mempunyai kader partai yang solid dan tidak ada konflik internal lagi.

"Jika modal politik tersebut didayagunakan dengan optimal bisa tercapai target tersebut," kata Lili. 

Lili menilai Golkar patut untuk memaksimalkan rekrutmen calon legislatif untuk memperbesar peluang kemenangan. "Untuk itu rekrutmen caleg Golkar akan menentukan berhasil tidaknya," ucapnya.