JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan sudah menyebarkan alat deteksi dini kanker secara bertahap untuk peningkatan dan pemerataan kemampuan rumah sakit di provinsi maupun kabupaten/kota guna menghadapi penyakit kanker.
“Deteksi dini ini bisa dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat. Bisa di puskesmas, klinik, rumah sakit hingga Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) misalnya di tingkat kabupaten atau kota,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Eva Susanti dilansir ANTARA, Senin, 13 Februari.
Eva menuturkan alat deteksi dini bagi pemeriksaan kanker yang disediakan itu, ditujukan agar penderita kanker mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik. Penyebarannya pun dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan jejaring rumah sakit yang ada di Indonesia.
Guna meningkatkan layanan kesehatan bagi pasien kanker, Kemenkes tidak hanya menyebar alat deteksi dini saja. Tetapi juga memberikan beasiswa bagi spesialis kanker dan pengadaan pelatihan bagi dokter umum, perawat dan bidan di tingkat FKRTL.
Bersama dengan balai pelatihannya, pada tahun ini Kemenkes turut melakukan pelatihan dan pendidikan ahli kanker di Indonesia.
Eva melanjutkan sembari melibatkan berbagai lintas sektor dalam penyebaran edukasi terkait kanker guna meminimalisir risiko perburukan dalam masyarakat, Kemenkes melatih sekitar 1.500 kader yang nantinya akan diintegrasikan ke dalam layanan posyandu prima.
“Kader-kader inilah yang akan menjangkau masyarakat karena deteksi dini pada umumnya termasuk kanker, ini akan kita kembangkan dan menyasar ke usia 15 sampai 59 tahun. Ini yang akan kita dorong tapi pada tahun 2023 ini target kita masih sekitar 70 persen,” katanya. Di sisi lain, Kemenkes menunjuk Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta sebagai pengampu jejaring rumah sakit di Indonesia. Rumah sakit itu bahkan sudah menjalin kerja sama dengan universitas luar negeri. Tujuannya agar layanan kanker semakin berkembang dan akan dibuat menjadi paripurna berdasarkan tingkatan rumah sakitnya.
BACA JUGA:
Eva membeberkan rencananya mulai tahun 2023, Kemenkes akan menajamkan deteksi dini kanker leher rahim tidak hanya melalui tes IVA, tetapi juga pemeriksaan HPV yang mengandalkan alat tes PCR yang sudah dimiliki oleh setiap kabupaten/kota.
“Pada tahap awal ini, kami sedang melakukan di provinsi DKI Jakarta sebanyak delapan ribu tes. Kenapa dilakukannya di DKI dulu? karena lebih mudah kita untuk pelaksanaannya kemudian tenaganya juga sudah siap, termasuk untuk mobilisasi lebih dekat. Selanjutnya juga kita akan lakukan di seluruh provinsi,” katanya.
Eva menyatakan Kemenkes ingin cakupan pemeriksaan melalui tes IVA bagi kanker leher rahim berjalan lebih baik karena sejauh ini, hanya sekitar 12 persen dari total target yang mau melakukan pemeriksaan deteksi dini.
Meski pemerintah banyak berupaya baik dari sisi edukasi hingga penyediaan teknologi tercanggih, Eva menyebut semua tidak ada artinya jika masyarakat tidak aktif memeriksakan dirinya secara berkala.
“Terkhusus adalah wanita Indonesia untuk mempunyai kesadaran untuk melakukan cek kesehatannya, terutama untuk deteksi dini kanker ini karena kesehatan merupakan hal yang hanya bisa diurus oleh diri sendiri. Artinya dia yang harus mempunyai inisiatif untuk mau melakukan pemeriksaan,” katanya.