Bagikan:

BANDA ACEH - RSUD Meuraxa Banda Aceh masih kekurangan dokter umum. Pengelola rumah sakit kerap melakukan rotasi tenaga dokter antar ruangan supaya tetap bisa memberikan pelayanan kepada warga.

Direktur dr Riza Mulyadi mengatakan, RSUD Meuraxa memiliki sekitar 60 orang dokter spesialis dengan berbagai bidang keilmuan dan 24 orang dokter umum. Angka itu perlu ditambah untuk mengoptimalkan pelayanan.

“Mungkin yang masih kurang, tenaga dokter umum, total sekarang ada 27 dokter, tetapi ada tiga sekolah dan sudah lulus untuk dokter spesialis sehingga tersisa 24 dokter,” kata Riza.

Ia menjelaskan, RSUD Meuraxa idealnya memiliki sebanyak 35 dokter umum. Selama ini, pihaknya kerap melakukan rotasi tenaga dokter antar ruangan guna memberi pelayanan maksimal kepada masyarakat.

Seperti saat ini, tenaga dokter umum di ruangan Intensive Care Unit (ICU), ruang Intensive Coronary Care Unit (ICCU) hingga ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) harus dirotasi untuk membantu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena kekurangan dokter umum.

“RSUD Meuraxa ini kalau ditambah lagi 10 dokter umum baru bisa kita bilang ideal. Jadi sekitar 35 dokter umum paling tidak, baru bisa kita lakukan pelayanan secara maksimal,” kata Rizal.

Pihaknya telah mengajukan penambahan tenaga dokter kepada pemerintah. Alhasil, kata dia, Kementerian Kesehatan melalui formasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) juga akan segera mendistribusikan sebanyak 20 dokter umum ke RSUD Meuraxa, yang diperkirakan mulai bertugas pada Maret 2023.

“Dengan adanya tenaga PPPK ini, saya fikir ini salah satu cara yang diambil Kemenkes untuk mengatasi kekurangan. Jadi langsung diberikan kepada tempat yang membutuhkan, sebenarnya lebih efektif. Kalau dokter PPPK ini mulai didistribusikan ke kita, maka kita sangat terbantu,” ujarnya.

Di sisi lain, Riza menyebut RSUD Meuraxa masih juga kekurangan dokter spesialis khusus penanganan nyeri. Karena rumah sakit pemerintah itu berupaya sedang mengembangkan pengobatan penyakit nyeri dengan teknik intervensi.

“Sekarang baru satu orang dokter, awal-awal ini masih bisa tangani. Ini kita kembangkan terus karena kita ingin RSUD Meuraxa ini ke depan menjadi pusat rujukan penanganan nyeri khusus dengan teknik intervensi, jadi idealnya paling tidak dua dokter,” ujarnya.

Secara terpisah, Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) Dr dr Safrizal Rahman M Kes SpOT menilai kabupaten/kota di Aceh masih banyak kekurangan dokter. Satu RSUD di daerah tidak cukup dengan hanya miliki satu orang dokter spesialis dari masing-masing bidang.

Saat ini, menurut dia, ketika RSUD sudah ada dokter spesialis obgyn, maka harus ada spesialis seperti onkologi untuk menanggulangi tumor, kanker dan sebagainya. Kemudian ketika sudah ada dokter spesialis anak maka harus berkembang jadi ahli anak yang menangani jantung anak, infeksi, neonatus, dan masalah lainnya pada anak.

“Ini tentu kita sedang bergerak menuju ke sana. Kalau hari ini untuk spesialis dasar, Insha Allah di kabupaten/kota di Aceh sudah terlengkapi. Tapi sudah harus bergerak ke spesialis non dasar dan spesialis penunjang yang sudah banyak kasus sudah ada di masyarakat,” ujarnya.