JAKARTA - Kisah tentang para penyintas gempa bumi dahsyat di Suriah. Cerita bocah yang kabur dari rumah sakit ketika infus masih terpasang di tangannya.
Ismael Alrij baru saja meninggalkan putranya yang berusia enam tahun, Mustafa, di rumah sakit. Tak berapa lama, tanah berguncang keras.
Melihat bangunan mulai runtuh, Ismael hanya bisa takut pada yang terburuk. Sejujurnya, dia pasrah.
"Listrik padam dan pintu masuk rumah sakit, yang terbuat dari kaca, mulai pecah," kata Ismael seperti dikutip dari tulisan Lina Shaikhouni, BBC, Selasa 7 Februari.
"Itu seperti skenario kiamat," katanya.
"Saya mulai membayangkan bagaimana saya harus menyelamatkan putra saya dari puing-puing."
Semenit kemudian, Mustafa muncul. Bocah itu berlari ke arah Ismael, berteriak dan menangis. Dia mencabut infusnya sendiri, dan darah mengalir dari lengannya.
Ismael bergegas membantu tidak hanya putranya sendiri tetapi juga orang lain yang melarikan diri dari gedung di tengah kepanikan dan kebingungan dalam kegelapan. Dia melindungi perawat dan seorang wanita hamil yang akan melahirkan di mobilnya selama 20 menit sebelum bergegas pulang untuk mencari tahu tentang keluarganya sendiri.
Istri Ismael dan anak lainnya selamat, dan rumahnya masih berdiri.
Situasi di sana di al-Dana, Suriah barat laut, kacau dan putus asa. Ismael telah menyaksikan dua bangunan tempat tinggal runtuh tetapi aliran listrik dan internet terputus berarti layanan penyelamatan tidak dapat digunakan.