Pemberi Somasi Dekan FKOR UNS Heran Masalah Personal Berujung Demonstrasi Mahasiswa
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. (ANTARA-Aris Wasita)

Bagikan:

JATENG - Demonstrasi mahasiswa Fakultas Keolahragaan (FKOR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo diduga buntut dari somasi Majelis Wali Amanat (MWA) UNS yang ditunjukan kepada Dekan FKOR Sapta Kunta Purnama.

Somasi berawal dari adanya komentar di grup WhatsApp dosen UNS terkait pemilihan Rektor UNS yang sudah terselenggara.

Menanggapi hal itu, MWA menilainya demonstrasi sah-sah saja sebagai bagian dari pembelajaran demokrasi mahasiswa. Namun, MWA heran kenapa somasi yang dilayangkan kepada Dekan FKOR menjadi melebar ke mana-mana.

"Demo itu bagus karena merupakan hak siapa pun dan dijamin oleh undang-undang. Akan tetapi, yang membuat saya tidak habis mengerti demo ini tidak berurusan dengan kemahasiswaan dan tidak berurusan dengan perguruan tinggi," kata kuasa hukum MWA, Muhammad Taufiq di Solo, Jumat 3 Februari, dikutip dari Antara.

"Ini 'kan sangat personal sekali dan yang sekarang terjadi ini malah jadi melebar ke mana-mana, bagaimana mahasiswa bisa diorganisir [diorganisasi, red.] seperti ini," sambungnya.

Di dalam somasi tersebut, pihak MWA meminta Dekan FKOR untuk meminta maaf atas apa yang disampaikan di grup WA. Sapta dianggap mencemarkan nama baik MWA terkait dengan pemilihan Rektor UNS.

"Somasi diberikan karena yang bersangkutan memberikan komentar di grup dengan kesengajaan seperti 'itu perlu diusut hal-hal yang memburukkan UNS'. Oleh karena itu, kami minta agar yang bersangkutan meminta maaf atas apa yang disampaikan di grup tersebut," tutur Taufiq.

Sebelumnya, ratusan mahasiswa FKOR UNS menggelar demonstrasi terkait adanya somasi kepada Dekan FKOR. Salah satu perwakilan mahasiswa pendemo Rohadi Setyo Wibowo mengatakan, demo tersebut menuntut agar ada penjelasan terkait dengan somasi.

"Somasi yang dilakukan MWA UNS kepada dekan kami, duduk permasalahannya tidak jelas. Apa yang membuat dekan kami disomasi?" katanya.

Menurut dia, Sapta sudah menerima surat somasi sebanyak dua kali. Dia mengatakan tidak ada yang salah dari sikap yang dilakukan oleh Sapta.

"Kami merasa terganggu, terusik, seharusnya kami fokus menyiapkan kejuaraan. Namun, karena adanya somasi, kami merasa terganggu. Tidak melakukan kesalahan, kok, disuruh minta maaf," ujarnya.

Oleh karena itu, para mahasiswa peserta demonstrasi meminta agar somasi tersebut dicabut dan pihak MWA dengan menyampaikan apa kesalahan yang dilakukan oleh Sapta.

"Salahnya di mana? Wakil ketua juga harus klarifikasi dan minta maaf di media karena justru yang mencemarkan nama baik adalah MWA," tandasnya.