BANDUNG - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji hubungan penurunan muka tanah dengan penurunan muka air tanah di wilayah Bandung Raya, Provinsi Jawa Barat.
Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Rita Susilawati mengatakan, kondisi air tanah di Bandung untuk beberapa lokasi telah kritis hingga rusak yang ditunjukkan oleh penurunan muka air tanah yang terus berlanjut.
"Berdasarkan sumur pantau air tanah, muka air tanah artesis di Bandung telah turun lebih dari 40 meter di bawah muka tanah," katanya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Antara, Kamis, 2 Februari
Ia menjelaskan air tanah di dataran Bandung dikatakan aman bila muka air tanah artesis berada pada kedalaman kurang dari 20 meter di bawah muka tanah setempat.
Fenomena penurunan muka air tanah merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan muka tanah atau sering disebut dengan amblesan tanah.
Berdasar analisisnya Badan Geologi, wilayah yang muka air tanahnya masuk kategori rusak berada di Rancaekek, Leuwigajah, serta beberapa wilayah lain. Penurunan muka air itu disebabkan oleh pengambilan air tanah untuk berbagai keperluan, terutama industri, hotel, dan faktor lainnya.
Izin pengambilan air tanah untuk berbagai keperluan selama ini ada di pemerintah daerah masing-masing. Namun, saat ini perizinan sudah beralih ke Badan Geologi terhitung sejak tahun lalu.
Rita memastikan pihak selalu berhati-hati untuk memberikan izin pengambilan air tanah dalam skala besar, termasuk di wilayah cekungan air tanah (CAT) Bandung – Soreang yang wilayahnya meliputi Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan sekitarnya.
Ia mengaku bakal berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan moratorium pada wilayah yang mengalami kerusakan air tanah di wilayah Bandung Raya.
BACA JUGA:
"Air merupakan kebutuhan primer untuk kehidupan masyarakat sehingga perlu kebijaksanaan guna mengatasi kondisi penurunan muka air tanah tersebut," demikian Rita Susilawati.