3 Januari dalam Sejarah: Perjanjian Pengurangan Senjata Nuklir Rusia-AS yang Melemahkan Rusia
Presiden AS George Bush dan Pemimpin Rusia Boris Yeltsin (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 3 Januari 28 tahun silam atau pada 1993, Amerika Serikat dan Federasi Rusia telah sepakat untuk mengurangi jumlah senjata nuklir yang mereka miliki antara 3.000 dan 3.500. Presiden AS George Bush dan Pemimpin Rusia Boris Yeltsin, menandatangani Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis "Start II" tersebut di Moskow.

Seperti diwartakan BBC, waktu itu masing-masing pihak punya sekitar 10.000 hulu ledak. Dan Start II menjadi momen pengurangan nuklir terbesar yang pernah disepakati. Selain itu, senjata berbasis laut akan dipotong menjadi 1.750 masing-masing dan semua rudal hulu ledak darat akan dihilangkan.

Perjanjian itu, menurut Bush menjanjikan kepada orang tua dan anak-anak masa depan yang bebas dari rasa takut. Sementara Yeltsin menyebutnya dengan: perjanjian harapan.

Melemahkan Rusia

Perjanjian itu menjanjikan pemusnahan tiga perempat senjata nuklir yang dimiliki kedua negara pada awal tahun 1990. Yeltsin percaya Start II menunjukkan bahwa Rusia telah meninggalkan perlombaan senjata.

"Saya pikir penting bagi kekuatan Rusia sebagai kekuatan besar untuk ditentukan bukan oleh jumlah misil tetapi oleh standar hidup warganya, perkembangan budaya, pendidikan dan tradisi nasional," katanya.

Sementara itu Kongres AS harus menyepakati Start II, sementara negara bekas Uni Soviet, seperti Ukrania dan Kazakhstan masih memegang senjata nuklir. Namun di sisi Rusia, Yeltsin justru dikritik karena membuat terlalu banyak konsesi kepada AS, dengan melepaskan semua rudal SS-18 berbasis darat Rusia. Padahal itu merupakan senjata inti Rusia.

Sebaliknya, AS tampaknya mempertahankan keuntungan taktis dengan menyetujui untuk membagi dua hulu ledak berbasis kapal selamnya, yang merupakan jantung persenjataan nuklirnya. Start II dibangun di atas perjanjian sebelumnya yang membantu mengakhiri Perang Dingin.