JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengenang masa penanganan daurat pandemi saat COVID-19 berkecambuk di Tanah Air.
Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah bersama berbagai perusahaan start up atau rintisan swasta mampu memenuhi suplai oksigen yang kala itu sangat dibutuhkan pasien.
"Saat terjadi krisis, Indonesia sempat mengalami lonjakan luar biasa untuk kebutuhan oksigen. Dalam waktu kurang dari empat pekan bisa diatasi dengan memanfaatkan modal sosial dari masyarakat Indonesia," kata Menkes dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR di Jakarta, Selasa 24 Januari, disitat Antara.
Ia menuturkan, krisis oksigen terjadi pada kurun Juli 2021 yang ditandai dengan kemunculan Varian Delta. Tak kurang dari 87 ribu tempat tidur perawatan pasien terpakai di seluruh rumah sakit.
Lonjakan itu memicu kebutuhan oksigen mencapai lebih dari 2.000 ton per hari dari kemampuan suplai nasional maksimal 1.500 ton per hari.
BACA JUGA:
Strategi yang ditempuh Kemenkes pada saat itu dengan cara melibatkan perusahaan pengolah oksigen start up swasta untuk menyuplai 5.000 ton oksigen cair untuk disalurkan menuju 500 fasilitas rumah sakit.
Kolaborasi itu juga menghasilkan bantuan 81 isotank yang sebagian didonasikan serta pinjam pakai untuk kebutuhan pasien, berikut 18.000 konsentrator berkapasitas 5-10 liter per menit hasil donasi.
Pihak swasta juga mendonasikan 36 unit generator berkapasitas 200-300 liter per menit yang didistribusikan ke berbagai fasilitas layanan kesehatan.
"Terus terang, perusahaan swasta, asing, pemerintah pusat dan daerah semua bekerja sama dan dalam waktu sebulan kita bisa tanggulangi kekurangan oksigen ini," tandasnya.