Kejar-kejaran antara Vaksinasi dan Penyebaran COVID-19 Varian Baru di Korsel
Ilustrasi foto (Gear5.8 by Roberto R/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Varian baru COVID-19 yang juga disebut VUI-202012/01 ditemukan di Inggris. Konon virus itu lebih menular hingga 70 persen, yang artinya lebih cepat daripada varian yang sebelumnya dikenal dunia. Otoritas Korea Selatan (Korsel) mengumumkan temuan itu. Mereka pun mempercepat regulasi penggunaan vaksin COVID-19.

Temuan COVID-19 varian baru di Korsel diumumkan oleh Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KDCA). Virus tersebut masuk ke Korsel melalui tiga orang yang tiba di Korsel. Ketiga orang itu sebelumnya melakukan penerbangan dari London pada 22 Desember.

Mengutip Reuters, Senin, 28 Desember, setelah varian baru itu ditemukan, pejabat Korsel berjanji mempercepat upaya meluncurkan program vaksinasi COVID-19. Secara keseluruhan, KDCA melaporkan ada 808 kasus baru pada Minggu, 27 Desember, terendah sejak rekor 1.241 kasus dalam sehari yang tercatat pada Jumat, 25 Desember.

Namun pihak berwenang memeringatkan penurunan itu mungkin karena kurang pengujian yang dilakukan selama akhir pekan dan liburan Natal. Pihak berwenang mengatakan mereka akan memperpanjang langkah-langkah jaga jarak sosial hingga awal Januari.

Kementerian Keamanan Makanan dan Obat menyampaikan regulator akan mempersingkat periode yang diperlukan untuk menyetujui vaksin dan perawatan dari rata-rata 180 hari menjadi hanya 40 hari. Proses persetujuan tambahan untuk distribusi dan penjualan vaksin, yang biasanya memakan waktu beberapa bulan, akan dipersingkat menjadi sekitar 20 hari.

Pekerja medis dan penduduk lanjut usia akan mulai menerima vaksinasi pada Februari. Rencana untuk memvaksinasi masyarakat luas semakin cepat, kata kepala staf kepresidenan Noh Young-min. “Pemerintah sedang melakukan semua yang bisa untuk memajukan kerangka waktu ini dan juga membuat kemajuan,” katanya.

Korsel mengatakan rencananya untuk membeli dosis vaksin yang cukup untuk memvaksinasi 46 juta orang atau lebih dari 85 persen populasinya. Noh mengatakan pihak berwenang mengharapkan populasi Korsel mencapai tingkat kekebalan kawanan melalui vaksin secepat mungkin atau lebih cepat daripada banyak negara lain.

Pemerintah Korsel menghadapi kritik domestik yang meningkat atas pengadaan dan rencana peluncuran vaksin, yang sebelumnya menyerukan akan melakukan vaksinasi pertama pada kuartal pertama tahun depan. Waktu tersebut beberapa bulan setelah negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.

Pandangan negatif dari rencana vaksin tersebut salah satu alasan utama yang mendorong penilaian ketidakpuasan terhadap Presiden Korsel Moon Jae-in ke level tertinggi sepanjang masa, yaitu hampir 60 persen. Jajak pendapat dilakukan oleh Realmeter.