JAKARTA - Badan Pengontrol Penyakit Afrika (CDC) menyebutkan varian baru dari COVID-19 telah muncul di Nigeria. Untuk itu, empunya kebijakan langsung mengarahkan tenaga supaya melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait varian baru dari COVID-19.
Melansir Aljazeera, Jumat, 25 Desember, penemuan varian baru dari COVID-19 di Negeria patut diwaspadai. Pemerintah diwajibkan untuk segera melakukan pembatasan internasional dan tindakan lainnya, terutama saat dunia mulai memasuki musim libur.
"Ini adalah varian baru COVID-19 dari garis keturunan terpisah di Inggris dan Afrika Selatan," kata John Nkengasong, Kepala Pusat CDC Afrika.
Nkengasong juga menambahkan bahwa CDC Afrika akan menganalisis lebih banyak sampel. Upaya itu untuk mendekteksi sejauh mana varian baru dari COVID-19 menjangkiti penduduk Afrika. “Beri kami waktu. Ini masih sangat awal.”
Penemuan varian baru COVID-19 ini membuat CDC Afrika kemudian melakukan pertemuan darurat. Hal itu dipicu oleh ditemukannya varian baru tersebut di dalam dua sampel pasien pada 3 Agustus dan 9 Oktober pada Negara Bagian Osun, Nigeria. Meski begitu, varian baru itu tak seperti yang berkembang di Inggris dengan tingkap penularan yang lebih cepat.
“Kami belum mengamati peningkatan garis keturunan yang begitu cepat di Nigeria dan tidak memiliki bukti yang menunjukkan bahwa varian P681H berkontribusi pada peningkatan penularan virus di Nigeria. Namun, perbedaan relatif di Nigeria dan Inggris mungkin menyiratkan penurunan kekuatan untuk mendeteksi perubahan tersebut,”kata Nkengasong.
Muncul di tengah lonjakan penularan
Penemuan varian baru COVID-19 di Nigeria dan Afrika Selatan justru muncul saat kedua negara mengalami lonjakan kasus. Dalam sepekan terakhir, Nigeria telah melaporkan peningkatan sebesar 52 persen, dan Afrika Selatan telah meningkat 40 persen.
Dari kedua negara, Afrika Selatan yang menjadi negara yang paling banyak infeksi COVID-19. Sebab, Infeksi di negara itu hampir mendekati satu juta kasus. Meski begitu, kehadiran varian baru COVID-19 belum dapat dipastikan akan memperparah pengidap virus dari Wuhan.
“Kami yakin mutasi ini tidak akan berpengaruh” jelas Nkengasong.
BACA JUGA:
Sementara itu, Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zwelini Mkhize pada Rabu malam, telah mengumumkan tingkat penyebaran yang mengkhatirkan di negara itu. Apalagi, lebih dari 14 ribu kasus baru dikonfirmasi pada hari terakhir, termasuk 400 kasus kematian.
"Selama beberapa minggu terakhir, kami mengalami peningkatan besar dalam jumlah sampel ke laboratorium," kata Direktur Jenderal CDC Chikwe Ihekweazu.
“Hal ini menyebabkan penundaan yang tidak biasa dengan pengujian, tetapi kami bekerja sepanjang waktu,” tutupnya.