Kapal Perang Pengangkut 100 Kiloliter BBM Tiba di Karimunjawa setelah Sepekan Stok Langka karena Cuaca Ekstrem
Truk tangki pengangkut BBM milik PT Pertamina mulai menyalurkannya ke SPBU Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Kamis (5/1/2023). (ANTARA/HO-Pertamina.)

Bagikan:

JEPARA - Kapal perang yang mengangkut 100 kiloliter bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Dexlite maupun Biosolar tiba di Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, setelah sepekan lebih mengalami kelangkaan stok akibat cuaca ekstrem.

Area Manager Communication, Relations, and Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho menyebut kapal tiba di pelabuhan yang ada di Karimunjawa, Jepara sekitar pukul 16.30 WIB, Kamis, 5 Januari.

Kapal perang tersebut, kata dia dikutip ANTARA, mengangkut 20 truk yang mengangkut BBM yang nantinya disuplai untuk SPBU setempat.

Dari 100 kl yang nantinya disalurkan, antara lain Pertalite 30 kiloliter, Solar 65 kiloliter, dan Dexlite 5 kiloliter.

Sementara permintaan BBM di Karimunjawa setiap harinya untuk jenis Pertalite sebanyak 1.900 liter, solar sebanyak 3.800 liter dan Dexlite sebanyak 37 liter.

Warga Desa Karimunjawa, Sri Antok menyambut datangnya KRI Makasar di Pelabuhan Legon Bajak Karimunjawa karena selama ini warga sudah lama kesulitan mendapatkan BBM baik Pertalite maupun Solar.

Beberapa waktu lalu, kata dia, memang ada kapal yang bersandar di Karimunjawa membawa Pertamax, namun tidak mencukupi kebutuhan di masyarakat karena jumlahnya juga terbatas.

Dia mengakui kehabisan Pertalite sejak sepekan yang lalu, namun karena aktivitasnya tidak begitu padat memilih menunggu pasokan dari PT Pertamina datang.

Warga Karimunjawa merasakan stok Pertalite menipis di SPBU sejak Kamis (23/12), sedangkan Minggu (26/12) benar-benar habis sehingga mobilitas masyarakat menggantungkan pada stok BBM yang tersedia di tangki kendaraannya masing-masing.

Habisnya stok Pertalite di Kecamatan Karimunjawa disebabkan karena memasuki musim baratan yang ditandai dengan gelombang tinggi di laut. Kondisi demikian, mengakibatkan penghentian semua aktivitas di laut karena tidak aman, termasuk kapal penyeberangan dari Jepara ke Karimunjawa.