JAKARTA - Gereja Katedral Roh Kudus Denpasar, Bali meniadakan kemeriahan keberadaan pohon Natal dan kandang Natal. Hal ini untuk meminimalisasi terjadinya kerumunan saat masa pandemi COVID-19.
"Segala kemeriahan Natal tidak diukur dengan lahiriah, yaitu bunga, kandang dan pohon Natal, nikmat yang lahiriah, tapi nanti ujung-ujungnya berfoto, karena kita ada di tengah keprihatinan, jadi pohon dan kandang Natal yang megah ditiadakan, karena kita ingin menyatu dengan keprihatinan ini. Kalau kehadiran pohon natal dan kandang natal membuat banyak orang datang dan berhenti buat foto, itu bikin kerumunan," kata Pastor Paroki Gereja Katedral RD. Herman Yoseph Babev di Denpasar, dilansir Antara, Kamis, 24 Desember.
Ia mengatakan peniadaan pohon natal dan kandang natal dilakukan sebagai wujud mencegah kerumunan dan penyebaran COVID-19.
"Kita cegah jangan sampai gara-gara hal lahiriah ini membuat persoalan.Orang berkumpul malam-malam siapa mau jaga, belum lagi kalau yang kumpul itu ada yang COVID, malah bisa jadi ada penyebaran," katanya.
BACA JUGA:
Pada Natal tahun sebelumnya, Gereja Katedral membuat pohon Natal dari janur setinggi 11 meter dan bernuansa Bali. Namun, tahun ini hanya menampilkan pohon Natal kecil di dalam gereja.
Dikatakannya, Gereja Katedral merupakan gereja induk, yang seringkali dikunjungi banyak orang. Untuk itu pihaknya berupaya agar tidak terjadi kerumunan.
Selain itu, Romo mengimbau dalam situasi menghadapi COVID-19 ini agar seluruh masyarakat waspada terhadap oknum-oknum yang berupaya mengadu domba umat beragama.
Menurutnya, Bali adalah tempat yang nyaman untuk semua agama, dengan suasana kerukunan yang sangat dijaga.
"Di banyak gereja Katolik, yang membantu mengatur parkir itu teman-teman pecalang (keamanan Bali). Sekaligus menunjukkan bahwa ada koordinasi yang bagus antara agama satu dan lainnya, ada sikap menghargai satu dengan yang lain, ada kegiatan secara Katolik, Hindu, Muslim, Budha, Protestan, dan Konghucu. Semua ikut menjaga kenyamanan ber ibadah," tuturnya.
Pihaknya juga meminta agar masyarakat tidak terpengaruh terhadap isu hoax bernada negatif yang ada di media sosial.