Bagikan:

JAKARTA - Tak heran bila perayaan Natal tahun ini akan banyak berbeda. Dengan berbagai pembatasan di tengah pandemi COVID-19 yang memengharuhi semua orang, banyak rencana perayaan Natal yang diubah atau bahkan sama sekali ditunda.

Tapi, dengan mengetahui bahwa ada orang lain yang merasakan hal serupa, kita akan menjadi lebih tenang. Untuk itulah kami merangkum tiga kisah keluarga dari tiga negara yang diwartakan BBC, tentang bagaimana mereka merayakan Natal, dan bagaimana mereka menemukan cara untuk menikmati misum libur di tengah pandemi ini. 

Bermain salju di Swedia

Pertama kita mulai dari Negara Swedia. Di negara itu cerita merayakan Natal datang dari keluarga kecil yang terdiri dari Michaela dan Emil Boson, serta kedua anaknya Lucas dan Casper. 

Meski suhu rata-rata di Swedia bagian utara itu berkisar -2 derajat Celcius, keluarga Boson mungkin akan berada di luar sepanjang hari selama Natal.

Mereka akan menghangatkan badannya dengan beragam aktivitas. Seperti bermain ski, kereta luncur, makan bubur, memanggang daging, dan meminum Glogg --anggur Swedia.

Ini akan menjadi kehidupan Natal pertama mereka di Are, sebuah kota pegunungan sekitar 400 mil (643 km) utara Stockholm. Keluarganya pindah ke sana pada Juli setelah Michaela kehilangan sebagian besar pekerjaannya di industri perhotelan yang dilanda pandemi.

Sementara itu, salah seorang saudara laki-laki Michaela dan dua anaknya akan bergabung dengan mereka untuk melakukan kegiatan di atas salju. Namun mereka akan tinggal di hotel terdekat untuk mengurangi risiko infeksi. Kerabat lainnya akan bergabung dengan mereka sepanjang hari melalui panggilan video.

"Agak membosankan tidak bersama seluruh keluarga," kata Michaela, yang biasanya menampung hingga 20 orang untuk makan siang Natal.

Tetapi dia menambahkan bahwa dirinya tidak ingin kembali ke kota. "Kadang-kadang rasanya saya terlalu bahagia. Ini gaya hidup yang lebih murah [dan] kami senang berada di luar seperti ini."

Makan kalkun Inggris di Madrid

Kisah selanjutnya datang dari sebuah keluarga di Madrid, Spanyol. Mereka terdiri dari Kenza Mekouar dan pasangannya Juan Olaizola, serta kedua anaknya Ivan, 12 tahun, dan Sofia, yang masih 8 tahun.

Bagi Kenza dan Juan yang memiliki teman dan keluarga yang tersebar di seluruh dunia, 2020 merupakan tahun paling aneh. 

Kenza berasal dari Rabat, Maroko tapi ia tinggal di kampung halaman pasangannya Olaizola di Madrid Spanyol. Latar belakang multikultural di dalam keluarganya membuat mereka menggunakan beberapa bahasa di rumahnya seperti Inggris, Prancis, dan Spanyol.

Mereka biasanya membagi perayaan Natal di Madrid dan Marbella. Tetapi pembatasan sosial selama tiga bulan di musim semi, membuat anak-anak mereka terkungkung di rumah, dan membatalkan sejumlah rencana liburan.

"Saya ingin membuat segalanya lebih menyenangkan tahun ini," kata Kenza. "Kami mencoba membuat segalanya lebih meriah, lebih bahagia."

Dia telah mendekorasi pohon Natal lebih awal dari biasanya dan telah mengirimkan kartu Natal melalui pos untuk pertama kali dalam beberapa tahun. Sementara itu dengan adanya pembatasan sosial di banyak wilayah di Spanyol, mereka yang biasanya jalan-jalan ke Marbella untuk mendaki pegunungan, kini mengurungkan niatnya. 

Namun masih ada yang tak berubah di Natal tahun ini: makanan. Keluarga ini menyajikan hidangan kalkun Inggris setelah berhasil mengembangkan resepnya saat tinggal di London. 

Mempertahankan tradisi bermusik

Kemudian terakhir atau yang ketiga, kisah perayaan Natal datang dari Salzburg, Austria. Keluarga ini terdiri dari pasangan Eva dan Graham Crewe serta anak-anak mereka, Amelie, 11 tahun, Elena, 9 tahun, dan Matilda, 5 tahun.

Eva adalah orang Austria dan Graham dari Inggris. Biasanya orang tua Graham akan datang dan mengunjungi mereka, tetapi tahun berbeda.

Namun mereka tetap menaruh harapan agar bisa bertemu orang tua mereka. “Kita hanya bisa melihat mereka dan bukan keluarga besar. Jadi akan sangat kecil dan berkurang,” ujarnya. "Kami juga tidak bisa melihat nenek saya yang berusia 97 tahun, jadi itu akan sangat berbeda."

Keluarga ini menjaga tradisi perayaan Natal di Austria dan Inggris, seperti membagikan kado pada 24 Desember malam, dan membungkus kado dengan kaus kaki Natal pada pagi harinya.

"Biasanya kami akan makan siang kalkun Inggris yang besar dan sebagainya," kata Graham. "Tapi tahun ini kami akan menghemat banyak uang karena kami akan punya ayam sebagai gantinya - dan hanya ada kami."

"Semuanya dibatalkan, sungguh," ujar Graham. "Dan perayaan Natal tahun ini akan menjadi lebih sepi."

Namun mereka telah beradaptasi untuk memastikan beberapa tradisi dapat dipertahankan. Salah satunya yakni bermain musik. Amelie memainkan piano sementara Elena bermain biola. Dan mereka biasanya akan tampil di konser Natal pada tahun ini.

"Saya pikir kami akan merekam video [bermain alat musik] mereka dan mengirimkannya ke orang tua kami," Eva menjelaskan.

Graham optimis tahun depan akan menjadi lebih baik. "Kami sudah membuat rencana untuk musim panas mendatang," katanya. "Hal yang saya nantikan tahun depan adalah lebih banyak kontak fisik dengan semua teman dan keluarga kami di seluruh dunia," pungkasnya.