JAKARTA - Anggota DPD RI Fahira Idris berharap tahun 2023 dan 2024 menjadi tahun politik yang penuh adu gagasan dan adu rekam jejak antar peserta pemilu. Menurutnya, pengalaman pemilu lalu yang penuh tensi dan polarisasi cukup tinggi harus menjadi evaluasi dan introspeksi dalam gelaran pemilu selanjutnya.
Terlebih, kata Fahira, gejala akan panasnya polarisasi Pemilu 2024 sudah dapat dideteksi sepanjang tahun 2022 ini. Khususnya, ketika munculnya nama-nama tokoh yang dinilai publik layak menjadi Capres 2024 yang dilatarbelakangi golongan tertentu.
“Gelagat tensi politik di sepanjang 2022 ini idealnya menjadi bahan introspeksi kita. Terutama mereka-mereka yang punya kuasa dan pengaruh untuk mengirim pesan-pesan sejuk menjelang dan saat tahun politik yang sudah di depan mata," ujar Fahira dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 31 Desember.
BACA JUGA:
Senator asal DKI Jakarta itu mengimbau para elite di tanah air agar lebih menyebarkan pesan positif. Menurutnya, cara yang paling baik dalam memilih wakil rakyat dan presiden, adalah dengan membandingkan gagasan para calon.
Dengan begitu, kata Fahira, maka para calon akan dipaksa adu gagasan dan saling lempar rekam jejak. Sehingga rakyat sebagai pemilih menjadi tercerahkan.
“Atmosfer pemilu yang sudah hangat ini menjadi gelagat kembalinya polarisasi jika tidak dikelola dengan baik, terutama oleh para elite politik. Yang paling konkret, Pemilu 2024 diwarnai adu gagasan dan rekam jejak, jangan beri ruang polarisasi," kata Fahira.