Bagikan:

JAKARTA - Staf Khusus Wakil Presiden, Imam Azis, mengapresiasi upaya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dalam mengelola greenbelt Bendungan Bener. Apa yang dilakukan Ganjar akan jadi contoh pembangunan di masa yang akan datang.

Hal itu disampaikannya saat menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama BBWS Serayu Opak dan pemerintah desa, untuk pengelolaan sabuk hijau bendungan bener, di Balai Desa Gadingrejo, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo.

Pria kelahiran Pati itu mengatakan, pola pengelolaan sabuk hijau yang dilakukan Ganjar, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWS-SO), bersama masyarakat Wonosobo, adalah yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Di mana masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan lahan proyek strategis nasional yang sudah dibebaskan.

“Saya selalu aktif (melaporkan) pada Pak Wapres, karena ini merupakan salah satu dan satu-satunya pola, di mana proyek strategis nasional melibatkan masyarakat untuk pengelolaan lahan yang sudah dibebaskan. Ini akan jadi prototype pola pembangunan di masa yang akan datang,” ujar Imam, Jumat 30 Desember.

Sementara, Gubernur Ganjar Pranowo mendorong warga di tiga desa terdampak Bendungan Bener, untuk aktif di Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto, agar mereka bisa mendapatkan manfaat maksimal dari keberadaan koperasi tersebut. Tiga desa yang turut dalam perjanjian kerja sama (PKS) itu adalah Desa Gadingrejo, Burat, dan Bener di Kecamatan Kepil. PKS tersebut antara BBWS-SO dan pemerintah desa, yang kemudian diserahkan pada Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto.

Ganjar mengaku senang atas tercapainya kerja sama itu. Menurut dia, masyarakat di sekitar Bendungan Bener bisa memanfaatkan dan mengakses Daerah Aliran Sungainya.

“Nanti dari koperasi yang akan mengelola, dikasih bantuan tanaman. Ada juga inisiatif masyarakat,” katanya.

Gubernur berambut putih itu juga mendorong agar manajemen koperasinya disiapkan sebaik mungkin. Dengan demikian, semua masyarakat bisa terlibat dalam pengelolaannya. Area-area yang selama ini tidak dimanfaatkan dengan baik, ujar Ganjar, bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan warga.

Ganjar mengatakan, total lahan terdampak sabuk hijau Bendungan Bener untuk wilayah Wonosobo luasnya mencapai 50 hektare. Sementara di Purworejo, yang terdampak sabuk hijau sekitar 33 hektare. Model pengelolaan serupa nantinya juga akan diterapkan di Purworejo. Dengan demikian, selain merasakan manfaat keberadaan Bendungan Bener, masyarakat juga akan punya rasa memiliki terhadap bendungan tersebut.

“Kita harapkan lebih banyak lagi dan manfaatnya dapat dilihat dengan kasat mata. Ini lho, contohnya di Wonosobo,” terang dia.

Sementara warga Gadingrejo yang tanahnya terdampak Bendungan Bener, Suwasno, mengaku senang dengan adanya kerja sama tersebut. Senada dengan Ganjar, ia juga berharap sabuk hijau di kawasan tersebut dikelola sebaik mungkin. Salah satu harapannya adalah adanya pengelolaan satu jenis tanaman secara maksimal.

“Pengalaman kan durian, duku, itu butuh waktu lama. Ya nanti sambil jalan usul (ke koperasi),” ujarnya.

Sedangkan Ketua Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto, Komarudin mengatakan, saat ini jumlah anggota aktif koperasi sebanyak 282 unit. Setelah penandatanganan ini, perencanaan pengelolaan segera dilakukan.

“Unit usaha (salah satunya) pengelolaan buah-buahan. Saat ini sudah ada hasil dari tanaman yang di lokasi, yang sudah ada di situ, tapi belum berani kami kelola. Nanti bisa dikelola setelah ada PKS,” ucap Komarudin, saat berinteraksi dengan Ganjar.