Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan dalam setahun sekitar 12.500-15.000 bayi baru lahir di Indonesia mengalami penyakit jantung bawaan (PJB).

Menkes mengatakan jika bayi tersebut tidak dioperasi, sewaktu-waktu dapat meninggal.

Namun, bayi baru lahir yang baru bisa dioperasi, kapasitasnya maksimal hanya 6.000 pasien.

“Bayangkan dari 12.500 sampai 15.000 yang bisa dioperasi hanya 6.000. Yang 9.000 ke mana? Jatuhnya seleksi alam atau meninggal,” ujar Budi dilansir ANTARA, Kamis, 29 Desember.

Menurut Budi, hal ini lantaran tidak ada alat yang mumpuni untuk perawatan mereka, hingga tidak adanya dokter spesialis.

“Semoga enggak lagi, kita sudah 77 tahun merdeka. Masa sih masih 9.000 bayi harus meninggal kelainan jantung yang bisa disembuhkan, tidak bisa tertangani, karena tidak ada alat dan tidak ada dokter spesialis,” ujar dia.

Menkes Budi meresmikan fasilitas Catheterization Laboratory (Cath Lab) yang ada di RSAB Harapan Kita Jakarta. Dia juga melihat kesiapan fasilitas di dalamnya untuk menangani pasien.

Sementara itu, Direktur RSAB Harapan Kita Jakarta dr Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH, MH.Kes mengatakan bayi lahir dengan PJB sekitar 30 kasus per bulan.

Ockti mengatakan pasien rawat jalan dalam setahun mencapai 1.900-an. Kemudian rawat inap sekitar 400 pasien dengan diagnosis PJB.

“Angkanya cukup besar, sehingga perlu segera dilakukan pelayanan supaya masa anak-anak ini berada di rumah sakit bisa diperpendek,” ujar Ockti.

Menurut dia, dengan cath lab masa perawatan di NICU yang bisa membutuhkan waktu dua bulan dapat dipangkas menjadi hanya 10 hari. Sehingga, kapasitas NICU bisa digunakan untuk pasien baru.

Dia mengatakan Menkes Budi menargetkan RSAB Harapan Kita Jakarta dapat melakukan kateterisasi pada 200 bayi baru lahir dalam setahun.

Ockti mengatakan pelayanan cath lab akan dilakukan Januari 2023, tinggal menunggu perizinan Bapeten. “Sebentar lagi keluar, akhir Januari bisa melakukan pelayanan,” ujar dia.