Bagikan:

JAKARTA - Peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro menilai kampanye terjun langsung ke konstituen tidak bisa disingkirkan meski kini masyarakat diterpa sekaligus terpapar banyaknya saluran digital.

“Karena itu partai politik, elite itu sadar kalau operasi darat ini masih diperlukan. Jadi pertemuan offline, langsung dengan masyarakat masih diperlukan untuk yang tidak bisa diatasi dengan opsi digital, maya,” ujar Siti Zuhro, Rabu, 21 Desember.

Zuhro menyadari pentingnya hal itu di tengah kenyataan Indonesia memang sedang dalam fase memasuki masa transisi era digital. Dia menekankan, media sosial dan digital yang berkembang pesat sebagai sarana penyebar informasi di Indonesia masih belum bisa mengalahkan kampanye langsung ke lapangan saat masa Pemilu 2024.

Menurutnya, pertemuan tatap muka maka pesan yang disampaikan bisa langsung diketahui feedback-nya. Elite partai, kata dia, juga bisa membaca raut wajah atau kesungguhan dari kader atau konstituen mereka di daerah pemilihan.

“Sekaligus juga melihat mimiknya, jadi semuanya, raut muka. Sekarang ini beda ya, mungkin karena kita terbiasa dengan model offline, tetapi hampir 3 tahun kita melakukan model-model yang lebih digital, hybrid, tetapi sekarang mulai berkembang lagi lebih ke bertemu langsung,“ jelas Zuhro.

Diketahui, sebanyak 17 partai politik telah ditetapkan KPU sebagai peserta Pemilu 2024. Sebagian partai pun telah melakukan sosialisasi ke daerah-daerah di antaranya menginformasikan visi misi.

Misalnya, Partai NasDem yang sudah melakukan safari politik terhadap calon presidennya, Anies Baswedan. Lalu juga Partai Golkar yang turun langsung ke daerah dalam kegiatan rekrutmen anggota baru yang disebut Pasukan Operasi Darat di tiga kelurahan se-Kota Bandar Lampung.