SURABAYA - Pandemi COVID-19 yang masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020 mengubah segalanya. Gaya hidup baru, membatasi pertemuan hingga mengurungkan perjalanan banyak dilakukan orang.
Apa kabar terompet yang bunyinya didengar saban pergantian malam tahun baru? Di mana-mana sudah ada instruksi agar perayaan Tahun Baru yang bisa memicu kerumunan tak digelar.
Sedangkan di Surabaya, penjualan terompet dilarang Pemkot. Padahal pedagang terompet di banyak daerah, termasuk Surabaya berjuang mencari rezeki di pinggir jalan. Keinginan Risma agar tak ada yang berjualan terompet tak lain karena pandemi COVID-19 masih melanda.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku khawatir dengan risiko penularan yang dapat ditimbulkan dari terompet tersebut. Sebab, sebelum dibeli biasanya terompet itu akan dicoba dulu oleh penjual atau pembelinya.
"Saya khawatir, nanti pasti dicoba-coba ditiup (terompet) kemudian ganti, kan risiko penularannya besar sekali. Jadi karena itu saya imbau tidak ada yang jualan terompet di Surabaya," kata Wali Kota Risma di Balai Kota Surabaya, Kamis, 17 Desember.
Apalagi, kata Risma, saat terompet itu coba ditiup, maka otomatis air liur akan masuk ke terompet tersebut. Sehingga hal ini dapat memperbesar risiko penularan COVID-19.
"Karena saya khawatir itu menularkan ke orang lain, risikonya sangat besar sekali terutama bagi anak-anak kita," katanya.
Namun demikian, Risma mengatakan apabila ada warga yang berinisiatif membuat terompet sendiri dan untuk digunakan sendiri, maka ia tak mempermasalahkan.
"Kalau bikin sendiri monggo (silakan). Artinya digunakan sendiri dan tidak dijual," katanya.
Pemkot Surabaya bakal melakukan razia penjual terompet di Surabaya. Ini semata-mata dilakukan untuk melindungi warga Surabaya dan mencegah penularan COVID-19.
"Pasti kita ada razia, penindakannya sesuai dengan Perda Surabaya tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat," tegasnya.
BACA JUGA:
Di sisi lain, Risma juga mengajak masyarakat agar melaporkan ke Command Center 122 apabila melihat adanya penjual terompet. Bagi dia, keselamatan dan kesehatan masyarakat adalah hal yang utama. Di sisi lain, ia juga tak ingin kasus Covid-19 di Surabaya kembali meningkat.
"Sekali lagi kami mohon kerjasamanya. Kalau kita semakin cepat memutus mata rantai COVID-19, maka kita semakin cepat kembali hidup normal," pungkasnya.