Iran Semringah Trump Hengkang dari Gedung Putih
Presiden Iran Hassan Rouhani (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Boleh saja Iran mengaku biasa saja Joe Biden mengambil alih Gedung Putih. Namun di sisi lain, mereka semringah melihat akhir dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani. Dalam rapat kabinetnya Rouhani menyebut Trump adalah orang yang paling melanggar hukum di AS. "Kami tidak terlalu senang dengan kedatangan Biden, tapi kami sangat senang dengan kepergian Trump," kata Rouhani.

“Seseorang yang melakukan begitu banyak kekejaman, yang merupakan seorang pembunuh, teroris, yang bahkan tidak mengampuni upaya vaksin kami. Ini adalah betapa orang ini kehilangan semua prinsip etika dan kemanusiaan."

Melansir Al-Jazeera, Kamis 17 Desember, Iran sedang menghadapi pandemi COVID-19 terbesar dan paling mematikan di Timur Tengah. Rouhani menyatakan bahwa pemerintahan Trump telah secara aktif mencoba memblokir upayanya untuk membeli vaksin melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Iran telah berada di bawah sanksi ekonomi yang keras oleh AS sejak 2018. Trump saat itu secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia. Namun Biden berjanji untuk mengembalikan AS ke kesepakatan dan mencabut sanksi jika Iran mematuhi persyaratannya. Biden menegaskan juga bahwa negosiasi diperlukan untuk menangani program rudal Iran dan kegiatan regional, sesuatu yang ditolak Iran.

Beda kondisi

Rouhani menanggapi klaim media asing yang mengatakan kondisi Iran berbeda dari 2015 untuk negosiasi dengan berkurangnya tekanan terhadap negara itu. Ia tak menampik kalau kondisinya memang berbeda, namun mereka lebih menyukai Iran sekarang daripada yang mereka lakukan ketika kesepakatan nuklir sedang diselesaikan. Presiden Rouhani menambahkan bahwa Iran dulu mengimpor BBM, gas alam, dan gandum pada 2015, tetapi sekarang mengekspornya.

"Kekuatan kami hari ini bahkan tidak dapat dibandingkan dengan waktu itu," katanya, menambahkan bahwa program rudal, militer, dan nuklir Iran telah menjadi jauh lebih berdaya.

Vaksin dan barang-barang kemanusiaan lainnya seharusnya dibebaskan dari sanksi AS. Tetapi dalam praktiknya, hanya sedikit bank yang bersedia mengambil risiko memproses transaksi Iran karena takut dikenakan hukuman berat di pengadilan AS.

Sejak kemenangan Biden, pemerintah Rouhani telah berulang kali mengisyaratkan keterbukaannya terhadap pemerintahan AS yang akan datang. Meski demikian Pemimpin Tertinggi Iran memperingatkan agar tidak ada harapan untuk membuka diri dengan Barat.

Rouhani mengatakan hasil Pemilus AS menunjukkan keinginan rakyat AS untuk memiliki presiden yang "taat hukum" dan meminta pemerintahan Biden untuk memenuhi harapan tersebut. "Kalau mau di jalan yang benar, itu ada, dan jika ingin yang salah, itu juga ada," kata Rouhani.