Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah bergeming. Meski Australia meminta pembatalan pembebasan Umar Patek --dalang bom Bali--, pemerintah tetap meneruskan keputusannya.

Salah satu penyintas bom Bali dari Australia, Andrew Csabi bilang hidup mereka sudah berubah total ketika peristiwa itu. Teman-temannya tewas. Dia pun harus diamputasi.

Korban dari Australia memang tidak sedikit. Tercatat ada 88 orang tewas. Total semuanya ada 202 orang tewas yang berasal dari 21 negara.

Umar Patek merupakan mantan anggota Jamaah Islamiyah yang terlibat dalam aksi terorisme. Dia sempat diburu oleh Indonesia, Amerika Serikat, dan Australia.

Bahkan, Rewards For Justice Program pernah menawarkan hadiah sebesar 1 juta dolar Amerika Serikat bagi siapapun yang bisa memberikan informasi untuk melakukan penangkapan.

Pada 2011, Umar ditangkap pasukan keamanan Pakistan di Abbotabad. Selanjutnya, dia mengaku berperan dalam peristiwa Bom Bali 2002 dan Malam Natal tahun 2000.

Pemerintah memastikan Umar Patek bukan lagi sebuah ancaman. Dia sudah memenuhi semua syarat untuk bisa mendapat pembebasan bersyarat karena perilaku yang baik.

Para penyintas marah. Jan Laczynski, warga Australia yang kehilangan lima temannya dalam pengeboman itu, mengaku terkejut dan marah dengan keputusan pemerintah Indonesia.

"Orang ini (Umar Patek) mendapatkan hidupnya kembali. Bagi banyak dari kita, kita tidak akan pernah mendapatkan hidup kita kembali," kata dia seperti dikutip dari BBC, Kamis 8 Desember.

"Mengerikan. Mengerikan. Itu salah."

Csabi, yang juga orang Australia, mengatakan keputusan itu juga memicu ketakutan. "Anda suka merasa aman - kita semua begitu - dan sekarang saya tidak merasa seaman sebelumnya.

"Jika mereka masih memiliki pandangan kebencian, maka ada kemungkinan besar mereka bisa memicu pengeboman lagi."

"Saya pernah melihatnya di penjara, saya pernah melihatnya dari dekat. Dia tampaknya tidak deradikalisasi bagi saya .... Saya tidak percaya sama sekali," ucap Laczynski.