Dokter: Perhatikan Bentuk Tahi Lalat untuk Deteksi Dini Kanker Kulit
Ilustrasi-Hanna Postova (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Dokter spesialis bedah onkologi Diani Kartini mengajak masyarakat mendeteksi dini kondisi tahi lalat yang berpotensi menjadi kanker kulit dengan memperhatikan bentuknya.

“Tahi lalat yang berbahaya itu ciri-cirinya ABCDE. A itu Assymetry yaitu artinya bentuknya tidak simetris antara kedua sisi,” katanya dalam diskusi daring RSCM Kencana yang disiarkan melalui Instagram diikuti di Jakarta, Antara, Senin, 5 Desember. 

Ciri-ciri tahi lalat berbahaya yang kedua adalah Border yang berarti tepi dari tahi lalat tidak rata.

C adalah Colour atau warna yang bermacam-macam di satu tahi lalat, seperti coklat tua dan coklat muda. Kemudian D adalah Diameter yang lebih dari enam milimeter dan E adalah Evolution atau ada perubahan dari ukuran tahi lalat.

“Tahi lalat dengan ABCDE itu yang wajib kita waspadai. Yang lainnya misal ada benjolan yang besar, menjadi luka atau berbau, itu kita harus waspada bahwa itu menjadi kanker kulit,” ujarnya.

Diani menuturkan guna mendiagnosis tahi lalat yang termasuk tumor dan kanker diperlukan biopsi, yaitu suatu tes untuk mendeteksi dan memantapkan diagnosis penyakit kanker melalui prosedur mengambil jaringan atau sampel sel dari tubuh. Biopsi digunakan untuk membedakan tumor jinak dengan kanker dan termasuk menentukan stadium kanker.

“Dengan biopsi kita bisa 100 persen menentukan sel itu ganas atau tidak. Itu harus ditempuh karena akan menentukan terapi selanjutnya, apa yang cocok diberikan untuk pasien,” jelasnya.

Lebih lanjut dokter RSCM ini juga membantah bahwa tindakan biopsi akan membuat tumor aktif dan menyebar.

Menurutnya, sering kali pasien akan berkonsultasi ke beberapa dokter terlebih sesudah dilakukan biopsi untuk menanyakan jenis terapi atau opsi yang bisa ditempuh untuk menghilangkan tumor atau kanker.

Namun, hal tersebut justru membuat sel tumor atau kanker tersebut semakin berkembang. Oleh karena itu ia menegaskan bahwa biopsi hanya untuk mendiagnosis dan jika telah dilakukan biopsi, sebaiknya segera dilakukan terapi.

“Kalau biopsi merupakan penyebab dia menyebar, penyebab tumbuh besar dan sebagainya, kalau terlambat iya. Namun kalau segera setelah hasil biopsinya ada, berobat, tentu tidak akan terjadi seperti itu.

Selain itu ia menyampaikan bahwa upaya untuk menghilangkan tahi lalat dengan metode laser diperbolehkan asal memastikan terlebih dahulu bahwa tahi lalat tersebut merupakan tahi lalat sehat.

"Sebaiknya, berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter spesialis kulit dan kelamin sebelum memutuskan untuk melakukan laser tahi lalat," katanya.