Bagikan:

PAPUA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyalurkan bantuan 45 kapal motor bagi nelayan di kabupaten Biak Numfor, provinsi Papua.

"Dengan bantuan yang diberikan, meskipun belum memuaskan, belum semuanya, tapi dapat dipergunakan dengan baik untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan pendapatan daerah dan akhirnya pendapatan negara," kata Wapres Ma'ruf Amin di Pelabuhan Pelindo IV, kota Biak, kabupaten Biak Numfor di provinsi Papua, Antara, Jumat, 2 Desember.

Dalam acara tersebut, Wapres Ma'ruf juga sempat menyapa para nelayan yang hadir. Wapres menyapa dari atas jembatan sedangkan para nelayan duduk di kapal motor bantuan yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang perikanan kabupaten Biak Numfor.

"Bapak-bapak para nelayan sehat semua? Semangat semua? Anda semua tulang punggung negara, Anda bekerja ini untuk memberikan penghasilan selain kepada keluarga juga menjadi pendapatan negara," ungkap Wapres, di Biak, Jumat.

Bahkan hasil tangkapan nelayan Biak, menurut Wapres, bukan saja dikonsumsi di dalam negeri melainkan juga diekspor.

"Ada yang ke Amerika, ada yang ke Jepang, Anda semua adalah pahlawan Indonesia. Terima kasih atas pengabdiannya dan mudah-mudahan terus memperoleh pendapatan dan terima kasih, semuanya selamat bekerja," tambah Wapres.

Wapres berharap tambahan armada kapal motor tersebut dapat menolong petani dalam bekerja ditambah dengan bantuan kredit dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Dalam acara tersebut, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) M Zaini Hanafi menjelaskan bantuan armada kapal dibiayai oleh DAK bidang perikanan sebanyak 45 unit yang ditargetkan mampu meningkatkan 4-5 kali lipat pendapatan nelayan.

"Jadi misalnya pendapatan nelayan Rp2 juta lalu dengan dapat bantuan ini bisa sampai Rp7,5 juta - 10 juta per bulan per nelayan," kata Zaini.

Selain memberikan bantuan, Wapres Ma'ruf Amin juga melepas ekspor 1,4 ton ikan tuna segar jenis "yellow fin" dari Biak dengan tujuan Jepang

"Ikannya sebanyak 30 persen adalah ikan tuna mata besar, 70 persen tuna sirip kuning dan dari jumlah itu yang bisa diekspor 30 persen atau 1,4 ton kenapa? Karena penanganan ikan segar harus sangat khusus jadi harus sangat-sangat segar dan tidak boleh kurang dari 1 derajat untuk diekspor ke Jepang, sedangkan yang beku nanti diolah jadi 'loin' untuk diekspor ke Amerika," jelas Zaini.

Istilah "loin" tuna menunjukkan model potongan produk tuna ekspor. Loin tuna sirip kuning berarti seperempat potongan memanjang ikan Tuna, terdiri atas sisi kiri atas, sisi kiri bawah, sisi kanan atas dan sisi kanan bawah, tidak termasuk kepala, tulang tengah dan ekor ikan.

Namun harga ikan segar ekspor bisa mencapai 3-4 kali lipat dari harga ikan tuna beku.

"Masalahnya memang di waktu penangkapan ikan yang bisa mencapai 3 minggu, sedangkan waktu ikan itu (tergolong) segar 3-4 hari sudah harus sudah sampai ke daratan, karenanya disiasati dengan nelayan beroperasi berkelompok jadi bisa dibawa ke darat melalui kelompok-kelompok dalam bentuk segar," tambah Zaini.

Terkait masalah tersebut, Wapres Ma'ruf menilai bila armada kapal yang tersedia lebih besar maka akan memungkinkan untuk ekspor ikan tuna langsung ke Jepang.

"Memang untuk ekspor itu minimal kapasitas 14 ton sementara saat beroperasi penuh kapal ini hanya 1-2 ton," ungkap Zaini.

Menurut dia, ikan tuna grade 2 ditujukan untuk ikan tuna beku dengan tujuan ekspor ke Amerika Serikat. Ikan tuna tersebut dikirim ke Ambon lebih dulu untuk diolah menjadi "loin" lalu dikirim ke Jakarta dan selanjutnya ke Amerika, sedangkan untuk ikan tuna grade 1 dalam bentuk segar dikirim dari Biak ke Jakarta dan lanjut ke Jepang.

"Tapi saat ini sedang kami persiapkan untuk membangun 'cold storage' lebih besar Insya Allah setahun ke depan bisa beroperasi sehingga semua bisa 'loin' di Biak langsung ke Amerika," tambah Zaini.