JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk membukukan jumlah angkutan penumpang tertinggi selama pandemi, tepatnya pada Oktober yakni sebesar 739 ribu penumpang. Capaian jumlah penumpang tersebut meningkat signifikan dibandingkan periode awal pandemi.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan, pada periode awal pandemi Garuda Indonesia Group hanya mampu mengangkut sekitar 30 ribuan penumpang per bulan.
"Kinerja operasional perseroan terus menunjukan konsistensi pertumbuhan yang positif di mana Garuda Indonesia Group pada Oktober 2020 lalu berhasil mencatatkan jumlah penumpang mencapai 739 ribu orang, tertinggi sejak pandemi COVID-19 terjadi," katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Rabu, 16 Desember.
Kata Irfan, pertumbuhan tersebut turut menandakan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk kembali menggunakan layanan transportasi udara. Hal tersebut tentunya sejalan dengan upaya berkesinambungan melalui penerapan protokol kesehatan secara konsisten pada seluruh touch point layanan penerbangan Garuda Indonesia.
"Guna menghadirkan penerbangan yang aman dan nyaman bagi penumpang," ucapnya.
Irfan berujar, pihaknya optimistis upaya pemulihan kinerja Perseroan di masa pandemi ini dapat terus menunjukan pertumbuhan positif, khususnya dengan potensi pangsa pasar penerbangan Indonesia yang masih sangat menjanjikan kedepannya dan kebutuhan aksesibilitas layanan transportasi udara memiliki peranan fundamental untuk kepulauan.
BACA JUGA:
"Dengan kepercayaan masyarakat yang mulai terbangun untuk kembali menggunakan transportasi udara serta sinergitas stakeholder ekosistem sektor pariwisata, kami memproyeksikan jumlah penumpang di 2021 dapat kembali pulih setidaknya 50 persen dari sebelum masa pandemi," jelanya.
Tak hanya berhasil mencatatakan jumlah penumpang tertinggi, kata Irfan, Garuda juga berhasil mempertahankan konsistensi kinerja bisnis kargo. Pada Oktober, perusahaan berkode saham GIAA mencatatkan jumlah tertinggi angkutan kargo sejak masa pandemi yakni sebesar 21.980 ribu ton.
"Capaian tersebut setara dengan 83 persen dari jumlah angkutan kargo pada masa sebelum pandemi. Dengan capaian tersebut, bisnis kargo memiliki potensi yang dapat terus dimaksimalkan kedepannya. Bahkan melebihi capaian angkutan kargo sebelum masa pandemi, khususnya dengan momentum perkembangan industri e-commerce di Indonesia saat ini," tuturnya.