Bagikan:

JAKARTA - Utusan Khusus PBB Geir Pederson meminta Ankara, kelompok oposisi bersenjata dan pasukan Kurdi yang didukung Amerika Serikat, untuk segera mengurangi ketegangan regional, saat militer Turki bersiap untuk kemungkinan invasi darat ke Suriah utara.

"Saya di sini secara pribadi hari ini untuk memberi tahu Anda, dinamika eskalasi memang sedang terjadi, ini mengkhawatirkan dan berbahaya," kata Pederson kepada Dewan Keamanan PBB di New York, melansir The National News 30 November.

Lebih jauh, dia memperingatkan anggota dewan, operasi militer skala besar oleh 'satu aktor' dapat menimbulkan efek domino di 'semua teater'.

Selama berbulan-bulan, lanjutnya, telah terjadi peningkatan yang lambat dalam serangan timbal balik di Suriah utara antara Pasukan Demokrat Suriah di satu sisi, melawan Turki serta kelompok oposisi bersenjata di sisi lain, dengan kekerasan yang meluas ke wilayah Turki.

Utusan PBB untuk Suriah menekankan, eskalasi saat ini setelah tiga tahun relatif tenang, berpotensi untuk semakin mengacaukan situasi di dalam dan luar negeri.

Menurutnya, kelompok teroris yang ditundukkan tetapi tidak dikalahkan, dapat mengambil keuntungan dari ketidakstabilan yang terjadi.

"Suriah membutuhkan lebih sedikit aktivitas militer, bukan lebih," dia mengingatkan dewan.

Sementara itu, Duta Besar Turki untuk PBB Feridun Sinirlioglu mengatakan Partai Pekerja Kurdistan, atau PKK dan YPG, kebanyakan kelompok milisi Kurdi yang dikenal sebagai Unit Pertahanan Rakyat, adalah organisasi 'teroris' yang menimbulkan ancaman penting bagi keamanan nasional negaranya.

"Tidak ada negara anggota yang dapat mentolerir serangan yang disengaja terhadap rakyat atau wilayahnya, begitu pula seharusnya mereka," ujarnya.

Dia menambahkan, Turki akan terus melakukan operasi kontra-terorisme untuk melindungi rakyatnya dan memastikan keamanan perbatasan, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang perang melawan terorisme.

"Anda dapat mengubah nama organisasi teroris ini sebanyak yang Anda inginkan, tetapi tidak mengubah niatnya. Anda tidak dapat mengubah fakta bahwa itu adalah organisasi teroris, dengan darah warga sipil Turki-Suriah di tangannya," papar Sinirlioglu.

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan akan memerintahkan invasi darat ke Suriah utara dan menyerang kelompok Kurdi, menyusul ledakan 3 November di Istanbul yang menewaskan enam orang dan melukai puluhan lainnya.

Dia juga meluncurkan rentetan serangan udara terhadap sasaran yang dicurigai militan di Suriah utara dan Irak selama seminggu terakhir, sebagai pembalasan atas pemboman tersebut yang oleh Ankara dituding dilakukan oleh kelompok Kurdi.

Presiden Erdogan mengatakan serangan itu 'hanya permulaan' dan angkatan bersenjata Turki "akan menggulingkan teroris melalui darat pada waktu yang paling nyaman."

Sementara, kelompok tersebut membantah terlibat dalam pengeboman yang dituduhkan, mengatakan serangan Turki mengancam perang melawan ISIS.