JAKARTA - BPBD DKI Jakarta meminta pemilik dan manajemen gedung memantau kondisi keselamatan dan mitigasi gedung bertingkat untuk meminimalkan apabila terjadi bencana.
"Para owner, dan manajemen gedung bertingkat agar secara berkala memantau kondisi keselamatan dan mitigasi gedung bertingkat," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam pesan singkatnya di Jakarta, Kamis 24 November.
Langkah tersebut, perlu dilakukan agar setiap gedung di Jakarta bisa meminimalkan berbagai efek bencana alam seperti gempa bumi, terlebih ada patahan di selatan Jakarta yang berpotensi bergerak sewaktu-waktu.
"Walaupun, selama ini BPBD dan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) atau Damkar rutin mengadakan sosialisasi pengamanan gedung bertingkat, tapi penting untuk dilakukan secara mandiri juga demi keselamatan," ujarnya dikutip dari Antara.
Untuk pemantauan tersebut, para pemilik dan manajemen gedung bertingkat di Jakarta bisa melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Pemprov DKI Jakarta.
"Dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan (Citata) DKI Jakarta, BPBD DKI Jakarta ataupun Dinas Gulkarmat DKI," ucapnya.
BACA JUGA:
Kepala Satuan Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi BPBD DKI Michael Sitanggang mengatakan pihaknya juga melakukan sejumlah langkah mitigasi dalam upaya mengantisipasi ancaman gempa bumi di Jakarta.
Yang pertama, adalah berkolaborasi dengan instansi terkait membuat rencana kontingensi penanggulangan bencana.
"Menyusun rencana kontingensi penanggulangan bencana gempa bumi di Provinsi DKI Jakarta, dengan melibatkan instansi terkait seperti pemerintah pusat dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta," kata Michael.
Kedua, lanjut dia, melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dan simulasi penanganan gempa bumi dengan memberikan materi-materi terkait penanganan gempa bumi mulai dari evakuasi mandiri hingga pertolongan pertama bagi korban bencana dengan target peserta dari berbagai kalangan.
"Target peserta yakni masyarakat, relawan dan aparatur yang berada di gedung bertingkat, fasilitas publik, dan fasilitas umum lainnya," ucapnya.
Kemudian ketiga, kata dia, melaksanakan penerapan Sekolah atau Madrasah Aman Bencana (SMAB) sesuai dengan amanat Pergub Nomor 187 Tahun 2016 tentang Penerapan Sekolah/Madrasah Aman Dari Bencana.
"Membuat pedoman dalam penggunaan rambu-rambu kebencanaan pada gedung sebagai mana diatur dalam Pergub Nomor 170 Tahun 2016 tentang Penggunaan Rambu Kebencanaan dan Sistem Penanggulangan Bencana pada Gedung," ucapnya.
Kelima, tutur dia, membangun ruang literasi kebencanaan yang akan memberikan edukasi kepada masyarakat dengan penyediaan ruangan tematik untuk simulasi bencana.
Kemudian keenam, memberikan edukasi kepada masyarakat terkait serba-serbi ancaman gempa bumi melalui kanal bpbd.jakarta.go.id dan kanal media sosial BPBD seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan Telegram.
"Dan terakhir menyiagakan layanan nomor telepon kedaruratan Jakarta Siaga 112 sebagai kanal aduan bagi masyarakat Jakarta (bebas pulsa dan beroperasi 24 jam non stop)," ujar Michael.
Diketahui, sebelumnya gempa berkekuatan magnitudo 5,6 mengguncang Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11), di mana mengakibatkan bangunan Gedung Ancol Mansion, Jakarta Utara ikut terdampak sehingga beberapa ruangan di sana retak.
"Ditemukan retakan di beberapa titik pada gedung," kata Isnawa Adji dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/11).
Berdasarkan data sementara, sejumlah peneliti menyebutkan bahwa pusat gempa berada di Zona Sesar Cimandiri pada bagian Utara. Peneliti di Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional Rahma Hanifa mengatakan, lokasi sesar bergerak dengan mekanisme geser.