DVI Polri Jelaskan Penyebab Beda Data dengan BNPB Soal Jumlah Jenazah Korban Gempa Cianjur 
Kepala Bidang Disaster Victim Identification (DVI) Rodokpol Pusdokkes Polri Kombes Ahmad Fauzi dalam jumpa pers terkait gempa Cianjur/FOTO: Diah Ayu-VOI

Bagikan:

CIANJUR - Kepala Bidang Disaster Victim Identification (DVI) Rodokpol Pusdokkes Polri Kombes Ahmad Fauzi menjelaskan penyebab adanya perbedaan data mengenai jumlah jenazah korban gempa Cianjur dari Polri dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Fauzi menjelaskan, tim DVI Polri telah mengidentifikasi 124 jenazah sejak hari pertama gempa pada Senin, 21 November hingga Kamis, 24 November. Masih ada 6 jenazah lainnya yang sedang dalam proses identifikasi.

Hal ini disampaikan Fauzi dalam konferensi pers di RSUD Sayang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

"Pada hari Rabu, sebanyak 123 jenazah telah teridentifikasi dan sudah diserahkan kepada keluarga. Pada hari ini, tim DVI telah berhasil mengidentifikasi satu jenazah, teridentifikasi sebagai Nining, wanita, 64 tahun, teridentifikasi berdasarkan sidik jari dan catatan medis," ujar Fauzi pada Kamis, 24 November.

Sementara itu, BNPB mencatat sebanyak 165 jenazah sudah diidentifikasi, dari total 272 jenazah korban gempa Cianjur yang berhasil dievakuasi.

Fauzi mengaku, perbedaan data mengenai jumlah korban meninggal dunia memang kerap terjadi dalam kondisi bencana alam.

Dia menjelaskan, data jenazah yang dimiliki Polri hanya diambil dari sejumlah rumah sakit yang ditunjuk sebagai rujukan korban gempa bumi Cianjur.

"Yang kami lakukan adalah pendataan data orang meninggal yang kami terima dan dilaporkan oleh fasilitas kesehatan yang kami tunjuk. Di mana, ada tim DVI di sana," urai Fauzi.

"Dalam hal ini yang ada tim DVI-nya adalah Rumah Sakit Cianjur kemudian rumah sakit cimacan dan rsud sayang

Jadi, hanya jenazah yg datang ke rumah sakit itu yang kami periksa," lanjutnya.

Sementara, menurut Fauzi, data yang diambil BNPB bisa jadi juga mengambil data yang tidak tercatat oleh rumah sakit rujukan, seperti jenazah yang diterima pihak keluarga dan langsung dikubur.

"Wajar ada kesimpangsiuran data, perbedaan data yang kami terima di rumah sakit dengan data yang dilaporkan dari pihak lain, termasuk data yang langsung dikuburkan oleh pihak keluarga," imbuhnya.